Majas atau Gaya Bahasa
4/28/2011 04:51:00 PM |
Diposkan oleh:
Hasanudin
Sebelum kita telaah apakah majas itu? Kemudian apa saja pembagian-pembagiannya? Mari kita perhatikan cuplikan esai berikut ini!
“Orde baru tumbang. Namun hal itu tidak serta-merta menunjukkan bahwa kemenangan telah datang. Reformasi yang bergerak dari nurani mahasiswa dengan cepat mengalami pergeseran makna dan fungsi. Tiba di tangan elit politik dan penguasa baru, reformasi menjadi jargon politik. Maknanya pun aus. Semakin lama kata itu semakin kehilangan darah.”
Tulisan di atas menjadi lebih menarik berkat pemakaian kata-kata bermetafor. Kata “tumbang” yang lazim disandingkan dengan kata “pohon”, kemudian dikreasikan dengan gender waktu orde baru. Kata “bergerak” yang awalnya digunakan untuk makhluk hidup, kemudian digunakan kepada sesuatu yang “abstrak”, reformasi; demikian halnya dengan kata “darah”.
Cuplikan di atas dapat memberikan gambaran kepada kita terhadap apa itu gaya bahasa. Gaya bahasa sering digunakan dalam karangan fiksi seperti dalam puisis, cerpen, novel, esai, atau pun ceramah dan pidato. Bahasa dalam karangan fiksi lebih bebas dari karangan nonfiksi atau ilmiah. Dalam karangan fiksi gaya bahasa diperlukan untuk memperindah cerita.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, majas adalah pemanfaatan kekayaan bahasaa, pemakaian ragam tertentu untuk memperoleh efek-efek tertentu, keseluruhan ciri bahasa sekelompok penulis sastra dan cara khas dalam menyampaikan pikiran dan perasaan, baik secara lisan maupun tertulis. Sudjiman (1990: 50) mengemukakan bahwa majas merupakan peristiwa pemakaian kata yang melewati batas-batas maknanya yang lazim atau menyimpang dari arti harafiahnya. Selanjutnya, Tarigan (1985: 112) adalah bahasa kias, bahasa indah yang dipergunakan untuk meninggikan serta meningkatkan efek dengan memperkenalkan serta memperbandingkan suatu benda atau hal tertentu dengan benda atau hal lain yang lebih umum. Majas adalah cara mengungkapkan pikiran melalui bahasa secara khas yang memperlihatkan jiwa dan kepribadian penulis. Jadi dapat disimpulkan bahwa majas adalah gaya bahasa dalam bentuk tulisan maupun lisan yang dipakai dalam suatu karangan yang bertujuan untuk mewakili perasaan dan pikiran dari pengarang.
Dalam bahasa indonesia, majas dibagi menjadi empat macam, yakni majas perulangan, pertentangan, perbandingan dan pertautan.
A. Majas perbandingan
1. Personifikasi, yaitu majas yang membandingkan benda yang tidak bernyawa seolah-olah dapat bertindak seperti manusia. Contoh:
a. Matahari redup menyaksikan manusia angkara murka.
b. Daun-daun memuji angin yang telah menyapanya.
2. Metafora, yaitu membandingkan dua hal/benda tanpa menggunakan kata penghubung. Contoh:
a. Bumi itu perempuan jalang.
b. Tuhan adalah warga negara yang paling modern.
3. Simile/Perumpamaan, yaitu membandingkan dua hal/benda dengan menggunakan kata penghubung. Contoh:
a. Matanya bulat bagai bola pingpong.
b. Tatapannya laksana matahari.
c. Seperti angin melayang kian kemari.
4. Alegori, membandingkan hal/benda secara berkelanjutan membentuk sebuah cerita. Contoh: Perjalanan hidup manusia seperti sungai yang mengalir menyusuri tebing-tebing, yang kadang-kadang sulit ditebak kedalamannya, yang rela menerima segala sampah, dan yang pada akhirnya berhenti ketika bertemu dengan laut.
B. Majas pertentangan
1. Hiperbola, mempertentangkan secara berlebih-lebihan.
Contoh :
a. Saya telah berusaha setengah mati menyelesaikan soal itu.
b. Kekayaannya selangit.
2. Litotes, mempertentangkaan dengan merendahkan diri.
Contoh :
a. Kalau sempat mampirlah ke gubukku.
b. Ah, saya ini khan cuma kacung.
3. Ironi, mempertentangkan yang bertujuan menyindir dengan menyampaikan sesuatu yang bertentangan dengan fakta yang sebenarnya.
Contoh :
a. Hebat betul, pertanyaan semudah itu tidak bisa kaujawab.
b. Rajin betul, jam sepuluh baru datang!
4. Oksimoron, mempertentangkan secara berlawanan bagian demi bagian.
Contoh :
a. Kekalahan adalah kemenangan yang tertunda.
b. Kesedihan adalah awal kebahagiaan.
C. Majas pertautan
1. Metonimia, menghubungkan ciri benda satu dengan benda lain yang disebutkan.
Contoh :
a. Kakakku sedang membaca Pramudya Ananta Toer.
b. Belikan aku gudang garam filter.
2. Sinekdoke, mernyebut sebagian untuk keseluruhan (pars pro toto) atau keseluruhan untuk sebagian (totum pro part).
Contoh :
a. SMA Stella Duce 2 Yogyakarta berhasil masuk final pertandingan basket.
b. Roda duanya mogok.
3. Alusio, mempertautkan hal dengan peribahasa.
Contoh :
a. Kalau kita menggunakan sebaiknya hemat jangan sampai lebih besar pasak daripada tiang.
b. Sebaiknya kita menggunakan ilmu padi dalam kehidupan kita, semakin berisi semakin tunduk.
4. Inversi, mengubah susunan kalimat.
Contoh :
a. Hancurlah hatinya menyaksikan kekasihnya berpaling ke lelaki lain.
b. Merahlah mukanya mendengar caci maki sahabat karibnya.
D. Majas perulangan
1. Aliterasi, mengulang bunyi konsonan yang sama.
Contoh :
a. Malam kelam suram hatiku semakin muram.
b. Gadis manis menangis hatinya teriris iris.
2. Antanaklaris, memgulang kata yang sama dengan arti yang berbeda.
Contoh :
a. Buah hatinya menjadi buah bibir tetangganya.
b. Hatinya memintanya berhati-hati.
3. Repetisi, mengulang-ulang kata, frase, atau klausa yang dipentingkan.
Contoh :
a. Di Stella Duce 2 Yogyakarta ia mulai meraih prestasi, di Stella Duce 2 Yogyakarta ia menemukan tambatan hati, di Stella Duce 2 Yogyakarta pula ia menunggu hari tuanya.
b. Tidak ada kata lain selain berjuang, berjuang, dan terus berjuang.
4. Paralelisme, mengulang ungkapan yang sama dengan tujuan memperkuat nuansa makna.
Contoh :
a. Sunyi itu duka, sunyi itu kudus, sunyi itu lupa, sunyi itu mati.
b. Hidup adalah perjuangan, hidup adalah persaingan, hidup adalah kesia-siaan.
Dalam wikipedia Bahasa Indonesia, majas atau gaya bahasa adalah sebagai berikut ini.
A. Majas perbandingan
1. Alegori: Menyatakan dengan cara lain, melalui kiasan atau penggambaran.
2. Alusio: Pemakaian ungkapan yang tidak diselesaikan karena sudah dikenal.
3. Simile: Pengungkapan dengan perbandingan eksplisit yang dinyatakan dengan kata depan dan pengubung, seperti layaknya,bagaikan, dll.
4. Metafora: Pengungkapan berupa perbandingan analogis dengan menghilangkan kata seperti layaknya, bagaikan, dll.
5. Antropomorfisme: Metafora yang menggunakan kata atau bentuk lain yang berhubungan dengan manusia untuk hal yang bukan manusia.
6. Sinestesia: Majas yang berupa suatu ungkapan rasa dari suatu indra yang dicurahkan lewat ungkapan rasa indra lainnya.
7. Antonomasia: Penggunaan sifat sebagai nama diri atau nama diri lain sebagai nama jenis.
8. Aptronim: Pemberian nama yang cocok dengan sifat atau pekerjaan orang.
9. Metonimia: Pengungkapan berupa penggunaan nama untuk benda lain yang menjadi merek, ciri khas, atau atribut.
10. Hipokorisme: Penggunaan nama timangan atau kata yang dipakai untuk menunjukkan hubungan karib.
11. Litotes: Ungkapan berupa penurunan kualitas suatu fakta dengan tujuan merendahkan diri.
12. Hiperbola: Pengungkapan yang melebih-lebihkan kenyataan sehingga kenyataan tersebut menjadi tidak masuk akal.
13. Personifikasi: Pengungkapan dengan menggunakan perilaku manusia yang diberikan kepada sesuatu yang bukan manusia.
14. Depersonifikasi: Pengungkapan dengan tidak menjadikan benda-benda mati atau tidak bernyawa.
15. Pars pro toto: Pengungkapan sebagian dari objek untuk menunjukkan keseluruhan objek.
16. Totum pro parte: Pengungkapan keseluruhan objek padahal yang dimaksud hanya sebagian.
17. Eufimisme: Pengungkapan kata-kata yang dipandang tabu atau dirasa kasar dengan kata-kata lain yang lebih pantas atau dianggap halus.
18. Disfemisme: Pengungkapan pernyataan tabu atau yang dirasa kurang pantas sebagaimana adanya.
19. Fabel: Menyatakan perilaku binatang sebagai manusia yang dapat berpikir dan bertutur kata.
20. Parabel: Ungkapan pelajaran atau nilai tetapi dikiaskan atau disamarkan dalam cerita.
21. Perifrase: Ungkapan yang panjang sebagai pengganti ungkapan yang lebih pendek.
22. Eponim: Menjadikan nama orang sebagai tempat atau pranata.
23. Simbolik: Melukiskan sesuatu dengan menggunakan simbol atau lambang untuk menyatakan maksud.
24. Asosiasi: perbandingan terhadap dua hal yang berbeda, namun dinyatakan sama.
B. Majas sindiran
1. Ironi: Sindiran dengan menyembunyikan fakta yang sebenarnya dan mengatakan kebalikan dari fakta tersebut.
2. Sarkasme: Sindiran langsung dan kasar.
3. Sinisme: Ungkapan yang bersifat mencemooh pikiran atau ide bahwa kebaikan terdapat pada manusia (lebih kasar dari ironi).
4. Satire: Ungkapan yang menggunakan sarkasme, ironi, atau parodi, untuk mengecam atau menertawakan gagasan, kebiasaan, dll.
5. Innuendo: Sindiran yang bersifat mengecilkan fakta sesungguhnya.
C. Majas penegasan
1. Apofasis: Penegasan dengan cara seolah-olah menyangkal yang ditegaskan.
2. Pleonasme: Menambahkan keterangan pada pernyataan yang sudah jelas atau menambahkan keterangan yang sebenarnya tidak diperlukan.
3. Repetisi: Perulangan kata, frase, dan klausa yang sama dalam suatu kalimat.
4. Pararima: Pengulangan konsonan awal dan akhir dalam kata atau bagian kata yang berlainan.
5. Aliterasi: Repetisi konsonan pada awal kata secara berurutan.
6. Paralelisme: Pengungkapan dengan menggunakan kata, frase, atau klausa yang sejajar.
7. Tautologi: Pengulangan kata dengan menggunakan sinonimnya.
8. Sigmatisme: Pengulangan bunyi "s" untuk efek tertentu.
9. Antanaklasis: Menggunakan perulangan kata yang sama, tetapi dengan makna yang berlainan.
10. Klimaks: Pemaparan pikiran atau hal secara berturut-turut dari yang sederhana/kurang penting meningkat kepada hal yang kompleks/lebih penting.
11. Antiklimaks: Pemaparan pikiran atau hal secara berturut-turut dari yang kompleks/lebih penting menurun kepada hal yang sederhana/kurang penting.
12. Inversi: Menyebutkan terlebih dahulu predikat dalam suatu kalimat sebelum subjeknya.
13. Retoris: Ungkapan pertanyaan yang jawabannya telah terkandung di dalam pertanyaan tersebut.
14. Elipsis: Penghilangan satu atau beberapa unsur kalimat, yang dalam susunan normal unsur tersebut seharusnya ada.
15. Koreksio: Ungkapan dengan menyebutkan hal-hal yang dianggap keliru atau kurang tepat, kemudian disebutkan maksud yang sesungguhnya.
16. Polisindenton: Pengungkapan suatu kalimat atau wacana, dihubungkan dengan kata penghubung.
17. Asindeton: Pengungkapan suatu kalimat atau wacana tanpa kata penghubung.
18. Interupsi: Ungkapan berupa penyisipan keterangan tambahan di antara unsur-unsur kalimat.
19. Ekskalamasio: Ungkapan dengan menggunakan kata-kata seru.
20. Enumerasio: Ungkapan penegasan berupa penguraian bagian demi bagian suatu keseluruhan.
21. Preterito: Ungkapan penegasan dengan cara menyembunyikan maksud yang sebenarnya.
22. Alonim: Penggunaan varian dari nama untuk menegaskan.
23. Kolokasi: Asosiasi tetap antara suatu kata dengan kata lain yang berdampingan dalam kalimat.
24. Silepsis: Penggunaan satu kata yang mempunyai lebih dari satu makna dan yang berfungsi dalam lebih dari satu konstruksi sintaksis.
25. Zeugma: Silepsi dengan menggunakan kata yang tidak logis dan tidak gramatis untuk konstruksi sintaksis yang kedua, sehingga menjadi kalimat yang rancu.
D. Majas pertentangan
1. Paradoks: Pengungkapan dengan menyatakan dua hal yang seolah-olah bertentangan, namun sebenarnya keduanya benar.
2. Oksimoron: Paradoks dalam satu frase.
3. Antitesis: Pengungkapan dengan menggunakan kata-kata yang berlawanan arti satu dengan yang lainnya.
4. Kontradiksi interminus: Pernyataan yang bersifat menyangkal yang telah disebutkan pada bagian sebelumnya.
5. Anakronisme: Ungkapan yang mengandung ketidaksesuaian dengan antara peristiwa dengan waktunya.
Daftar Bacaan
http://bhsindo.multiply.com/journal/item/2
Kamus Besar Bahasa Indonesia, edisi ketiga. 2002.
Tarigan, Henry Guntur. 1985. Pengajaran Gaya Bahasa. Bandung: Angkasa.
Wikipedia Bahasa Indonesia
Artikel Terkait:
Label:
Kebahasaan
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Label
- Catatan Kecilku (1)
- Dunia Keluarga (5)
- Dunia Remaja (2)
- Karya Ilmiah (5)
- Kebahasaan (26)
- Kesastraan (10)
- Kumpulan Makalah (10)
- Manajemen Qalbu (13)
- Materi Pramuka (18)
- Pembelajaran (6)
- Riyadhus Shalihin (4)
Subscribe Via Email
About Me
- Hasanudin
- Ketidaksempurnaan adalah hakiki insan Tuhan. Menjadikan lebih sempurna adalah kewajiban Insan terhadap Tuhan, dengan iman dan takwa kepada-Nya. Sebagai seorang insan kita wajib menghargai ketidaksempurnaan sesama.
Followers
Blog Archive
-
▼
2011
(100)
-
▼
April
(28)
- Ketinggian Al-Qur'an
- Majas atau Gaya Bahasa
- Makna Berpacaran
- Sunnah dan Bid'ah
- Program Kegiatan Peserta Didik (Priodik)
- Pengertian Bahasa
- Kajian Prosa Fiksi
- Faktor-faktor Menyimak dan Cara Meningkatkan Keter...
- Meraih Ampunan Alloh
- Makalah Ejaan Yang Disempurnakan
- Ragam dan Manfaat Menyimak
- Menyimak
- Bagaimana Meminang secara Islami?
- Bunga Istimewa
- Penyakit Riya’ dan Gila Popularitas (Hadits ke-1 ...
- Pilih: Ta’aruf atau Pacaran?
- Jangan Takut Bilang Cinta
- Luasnya Kekuasaan Allah Dan Ampunan-Nya
- Kiasan Dasar dalam Kepramukaan
- Meraih Ampunan Alloh
- Menjadi Orang Asing di Dunia
- Beriman dan Istiqomah (Hadits ke-21 Arbain An-Nawawi)
- Fungsi Media Pembelajaran
- As-Sunnah, Wahyu Kedua Setelah Al-Qur`an
- Apa itu Hadits Hasan?
- Kepergian Ibu
- Motto Gerakan Pramuka
- Surga bernama Keluarga
-
▼
April
(28)
0 komentar:
Posting Komentar
Tambahkan Komentar Anda