Tampilkan postingan dengan label Kesastraan. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Kesastraan. Tampilkan semua postingan
Kajian Prosa Fiksi
4/14/2011 06:46:00 PM |
Diposkan oleh:
Hasanudin
Kajian Prosa Fiksi
A. Pengertian
Prosa fiksi disebut juga prosa cerita, prosa narasi, narasi atau cerita ber-plot yaitu kisahan atau cerita yang diemban oleh para pelaku dengan pemeranan, latar, serta tahapan dan rangkaian cerita yang bertolak dari hasil imajinasi pengarangnya sehingga menjalin suatu cerita (Aminuddin, 1995:66). Oleh karena itu, prosa fiksi sebagai salah satu ganre sastra mengandung unsur-unsur sebagai brikut ini.
1. Pengarang/narator
2. Isi penciptaan
3. Media penyampaian isi (bahasa)
4. Elemen-elemen fiksional atau unsur intrinsik
Kata fiksi (fiction) berasal dari bahasa Latin fictum yang berarti ’membentuk’, ’membuat’, ’mengadakan’, ’mencipta’. Dalam bahasa Indonesia kata fiksi diartikan ’sesuatu yang dibentuk’; ’sesuatu yang dibuat’; ’sesuatu yang diciptakan’ atau ’sesuatu yang diimajinasikan’. Oleh karena itu, salah satu arti fiksi yaitu cabang dari sastra yang berupa karya narasi imajinatif dalam bentuk prosa.
Bentuk prosa tidak hanya fiksi, terdapat pula dalam tulisan nonfiksi seperti: sejarah, biografi, cerita perjalanan, dan sebagainya. Apakah perbedaan prosa fiksi dengan nonfiksi? Perbedaan yang mendasar antara fiksi dan nonfiksi yaitu: fiksi bersifat realitas, artinya sesuatu yang dapat terjadi tetapi belum tentu terjadi sedangkan nonfiksi bersifat aktualitas, artinya sesuatu yang benar-benar terjadi. Walaupun demikian, fiksi juga menggambarkan kehidupan ”secara utuh”, baik fisik (jasmani) maupun psikis (rohani). Oleh karena itu, membaca dan memahami karya fiksi merupakan bagian dari penambahan wawasan dan pengalaman hidup secara tidak langsung, baik fisik maupun psikis.
• Karya fiksi dapat dibedakan dalam berbagai bentuk seperti roman, novel, novelet, dan cerita pendek (cerpen). Elemen atau unsur yang dikandung dalam bentuk-bentuk karya fiksi itu sama, hanya berbeda pada kadar panjang pendeknya isi cerita, kompleksitasnya, serta jumlah pelaku yang mendukung cerita itu. Oleh karena itu, untuk memahami karya fiksi kita harus memahami elem atau unsur yang dikandungnya.
• Apakah yang dimaksud elemen atau unsur dalam fiksi itu?
• Elemen atau unsur yang dimaksud yaitu unsur intrinsik
• Apakah unsur intrinsik itu?
• Unsur intrinsik adalah unsur yang secara langsung membangun karya fiksi
Oleh karena itu, dalam menganalisis atau meng(k)aji prosa fiski kita tidak dapat melepaskan dari unsur-unsur intrinsik.
1. Latar (setting)
Latar adalah latar peristiwa dalam fiksi, baik berupa tempat, waktu, maupun situasi yang mempunyai fungsi fisikal dan fungsi psikologis
a. Latar yang bersifat fisikal berhubungan dengan tempat serta benda-benda dalam lingkungan tertentu yang tidak dinuansakan makna tertentu sedangkan latar psikologis berupa lingkungan atau benda-benda dalam lingkungan tertentu yang menuansakan suatu makna serta mampu menggugah emosi pembaca.
b. Latar fisik terbatas pada sesuatu yang bersifat fisik sedangkan latar psikologis dapat berupa suasana maupun sikap serta jalan pikiran suatu lingkungan masyarakat tertentu.
c. Latar fisikal cukup dipahami dari yang tersurat sedangkan latar psikologis perlu penghayatan dan penafsiran.
2. Penokohan dan Perwatakan
Tokoh merupakan pelaku yang mengemban peristiwa dalam cerita fiksi sehingga peristiwa itu mampu menjalin cerita. Sementara itu, penokohan dapat diartikan sebagai cara pengarang menampilkan tokoh atau perilaku dalam cerita yang dikarangnya.
Tokoh dalam cetita fiksi dapat dibedakan atas tokoh utama dan tokoh tambahan atau pembantu.
a. Tokoh utama, dengan indikasi/ciri:
1) tokoh tersebut sering muncul;
2) tokoh yang sering diberi komentar.
b. Tokoh tambahan/pembantu, dengan indikasi/ciri:
1) tokoh yang mendukung tokoh utama;
2) tokoh yang hanya diberi komentar alakadarnya.
Tokoh dalam cerita fiksi memiliki watak atau karakter sepaeri halnya manusia. Oleh karena itu, membahas perwatakan berarti menelaah berbagai watak atau karakter dari masing-masing tokoh yang ada dalam cerita fiksi. Dalam cerita fiksi, dikenal dua sebutan berkaitan dengan perwatakan yaitu pelaku protagonis, dan pelaku antagonis.
a. Tokoh/pelaku protagonis, yang memiliki watak baik;
b. Tokoh/pelaku antagonis, yang memiliki watak jelek.
Beberapa cara yang dapat digunakan pengarang untuk menggambarkan rupa, watak tokoh/pelaku:
a. melukiskan bentuk lahir dari pelaku;
b. melukiskan jalan pikiran pelaku atau apa yang terlintas dalam pikirannya;
c. melukiskan bagaimana reaksi pelaku itu terhadap kejadian-kejadian;
d. pengarang secara langsung menganalisis watak pelaku;
e. pengarang melukiskan keadaan sekitar pelaku;
f. pengarang melukiskan bagaimana pandangan- pandangan pelaku lain dalam cerita terhadap pelaku utama itu;
g. pelaku-pelaku lainnya dalam suatu cerita memperbincangkan keadaan pelaku utama sehingga secara tidak langsung pembaca dapat menangkap kesan segala sesuatu tentang pelaku utama itu.
3. Alur (plot)
Rene Wellek mengartikan alur sebagai struktur penceritaan. E.M. Forster (dalam Esten, 1984: 39) mengartikan alur sebagai penceritaan kejadian/peristiwa yang titik beratnya adanya kausalitas atau hubungan sebab-akibat. Sementara itu, Aminuddin (1995: 83) mengartikan alur sebagai rangkaian cerita yang dibentuk oleh tahapan-tahapan peristiwa sehingga menjalin suatu cerita yang dihadirkan oleh para pelaku dalam suatu cerita.
4. Sudut Pandang (point of view)
Cara pengarang menampilkan para pelaku dalam cerita yang dipaparkannya (Aminuddin, 1995: 90). Sudut pandang dapat dibagi sebagai berikut ini.
a. Narrator omniscient (pengisah yang berfungsi sebagai pelaku sehingga menjadi penutur yang serba tahu tentang yang ada dalam benak pelaku utama maupun sejumlah pelaku yang lain; pengarang menyebut pelaku utama dengan sebutan saya atau aku).
b. Narrator observer (pengisah hanya berfungsi sebagai pengamat terhadap pemunculan para pelaku dan hanya mengetahui dalam batas tertebtu tentang perilaku batiniah para pelaku; pengarang mengisahkan nama pelakunya dengan sebutan ia, dia, nama-nama lain, maupun mereka)
c. Narrator observer omniscient (meskipun pengarang hanya menjadi pengamat dari para pelaku, tetapi juga merupakan pengisah yang serba mengetahui pelaku meskipun menyebut nama pelaku dengan sebutan ia, dia, maupun mereka). Pengarang diibaratkan dalang.
d. Narrator the third person omniscient (pengarang hadir dalam cerita yang dibuatnya sebagai pelaku ketiga yang serba tahu. Pengarang masih mungkin menyebutkan namanya sendiri, seperti saya atau aku)
1. Tema
Kata tema berasal dari bahasa Latin theme yang berarti ’pokok pikiran’. Scharbach (dalam Aminuddin, 1995: 91) mengartikan tema sebagai tempat meletakkan suatu perangkat karena tema merupakan ide yang mendasari suatu cerita sehingga berperanan juga sebagai pangkal tolak pengarang dalam memaparkan fiksi yang dibuatnya.
2. Amanat atau Pesan
Di dalam sebuah cerita, kita sering menemukan pikiran pokok berupa ide yang tersembunyi. Pikiran pokok ini merupakan endapan dari hasil perenungan pengarang yang dicoba disajikan kembali oleh pengarang kepada pembaca melalui cerita. Pikiran pokok hasil mperenungan yang dalam yang ingin disampaikan kepada pembaca inilah yang disebut sebagai amanat. Hal ini sejalan dengan pendapat yang dikemukakan Rusyana (1984) bahwa amanat adalah mendapat renungan pengarang yang disajikan kembali kepada pembaca.
Label:
Kesastraan
|
0
komentar
Kepergian Ibu
4/02/2011 08:51:00 AM |
Diposkan oleh:
Hasanudin
Nadjib Ahyani
Kepergian Ibu
keteduhan di bawah paying itu
tak sama dengan awan yang bergerak
dalam hatiku
mengikuti keranda berjalan
menapak pasrah tinggalkan pesan
senyum dan air mata menyatu pada tonggak dipan
memahat pada sebuah prasasti atas haru biru
ketika wajahmu membunga pada pucuk kelahiran
ketika pasrahku merangkai bunga diujung kehidupan
kudekapkan sedíh di antara bejana-bejana
yang akan terus dahaga dengan puja dan doa
meski khusu akupun tahu
doa yang membahana dalam kerongkonganku
tak sejauh segala tutur katamu
sebelum malaikat membaca batu nisan
kuserahkan, semoga hidupku kelak mengganti
timang tidurmu tanpa batas impian
Purwakerto,2002
Sumber: Horison-XXXVIII/4/2004
Label:
Kesastraan
|
0
komentar
Pernyataan Cinta
3/31/2011 09:48:00 PM |
Diposkan oleh:
Hasanudin
Pernyataan Cinta
Acep Zamzam Noor
Kau yang diselubungi asap
Kau yang mengendap dari seperti candu
Kau yang bersenandung dari balik penjara
Tanganmu buntung karena menyentuh matahari
Sedang kakimu lumpuh
Aku mencintaimu
Dengan lambung yang perih
Pikiran yang kacaukan harga susu
Pemogokan serta kerusuhan yang meletus
Dimanan-mana. Darah dan airmataku tumpah
Seperti timah panas yang dikucurkan ke telinga
Kubayangkan tanganmu yang buntung serta kakimu
Yang lumpuh. Tanpa menunggu seorang pemimpin
Aku merguh besi dan menyemburkannya ke udara
Lalu bersama mereka aku melempari toko
Membakar pasar, gudang dan pabrik
Sebagai pernyataan cinta.
Betapa menyedihkannya mencintaimu tanpa kartu kredit
Tanpa kamar hotel atau jadwal penerbangan
Dari gempa dahsyat. Kuda-kuda menerobos pagar besi
Anjing-anjing memercikkan api dari sorot matanya
Sementara aku melepaskan pakaian dan sepatu
Ternyata mencintaimu tak semudah turun ke jalan raya
Menentang penguasa atau memindahkan gunung berapi
Ke tengah-tengah kota
Aku berjalan debgan membawa kau di punggungku
Seperti kereta yang menyeret gerbong-gerbong kesedihan
Melintasi stasiun-stasiun yang sudah berganti nama
Kudengar bunyi rel yang pedih tengah menciptakan lagu
Gumpalan mendung meloloskan diri dari mataku
Menjadi halilintar yang meledakkan kemarahan
Pada tembok dan spanduk. Aku mencintaimu
Dengan mengerat lengan dan melubangi paru-paru
Aku mencintaimu dengan menghisap knalpot
Dan menelan butiran peluru
Wahai kau yang diselubungi asap
Wahai kau yang mengendap seperti candu
Wahai kau yang terus bersenandung meskipun sakit dan miskin
Wahai kau yang merindukan datangnya seorang pemimpin
Tunggulah aku yang akan segera menjemputmu
Dengan sebotol minuman keras
Disunting dari antologi puisi”Tangan Besi”
Diterbitkan oleh Forum Sastra Bandung
Label:
Kesastraan
|
0
komentar
Pidato Seorang Maha Siswa di Makam Pahlawan
3/30/2011 10:18:00 AM |
Diposkan oleh:
Hasanudin
Pidato Seorang Maha Siswa di Makam Pahlawan
Puasa kesabaranku usai sudah
Sampai kebatas. Di depan pintu-pintu bisu
Berjuta mata menatap. Berjuta mulut meratap
Tangan menggenggam tangan mengeras di udara
Negeri ini sedang kering
Sebuah singgasana
Menggigil di dahi orang-orang miskin
Yang menatap Yang menatap
Tak ada pilihan lain
Setelah kemarau panjang
Sungai-sungai mengering tohor dan kotor
Dengan kepatuhan seribu burung beo
Bayangan meloncat
Dari tahun ke tahun ringan dan tebal
Melingkar seperti ular melingkar
Memeluk singgasana lagu senja hari
Maka tak ada pilihan lain Sepanduk dukaku
Dan puasa kesabaranku Ku lepas ke angkasa
Menjadi burung gagak menjadi mata menjadi mulut
Menjadi kata yang tak gentar mengucapkan yang benar
Sebab seperti lazimnya
Hari-hari berlalu
Dan dengan setetes darahku
Bunga bangkai tumbuh mekar di taman bulan maret
Tanpa hirau bahwa sesungguhnya aku kuat
Karena aku kayu besi yang tumbuh di antara
Orang-orang berliur cuka
Yang setiap tahun mengenangmu
Dengan air mata
Larut bersama embun menjadi kelopak
Wangi bunga melati
Menjadi terang bintang menyinari batu nisanmu
Menjadi saksi kunang-kunang di malam dingin
Duka adalah pedang yang makan sampai kenyang
Pergilah ke daerah lapar berlayar tanpa laut
Ambil tempat dibarisan paling depan
Tempat senyapmu Rebah tanpa keluh
Sebelum aku datang bersama lahar
Mengalir jadi bencana seperti belalang bara
Dalam urat darah negeri ini
Sebelum derap kuku kuda-kudaku
Merobek malam
Seperti kalian orang-orang perkasa
Yang turun dari puncak-puncak gunung
Berdiri di tepi hutan Ingatkan mereka!
Berjuta mata menatap Berjuta mulut meratap
Tangan menggenggam tangan mengeras di udara
Menyala bagai tembikar di pembakaran.
Pahlawan orang-orang tertindas
Terima kasih pidato malam larutku.
Frans Nadjira
Horison-XXXIII/5/1999
Label:
Kesastraan
|
0
komentar
April Menangis
3/30/2011 09:21:00 AM |
Diposkan oleh:
Hasanudin
Karya E. Chita
Majalah Bhinneka Karya Winaya No.188 ( 2004)
APRIL MENANGIS
Kuterpaku di depan layar kaca
Kala kusaksikan wajah-wajah penuh marah
Saling melempar batu tanpa peduli apa akibatnya
Wajah-wajah beringas itu terus dan terus melempar batu
Mengapa hal seperti ini harus terjadi?
Dimanakah hati nurani kalian?
Tak adakah setitik keinginan untuk hidup damai, tentram dan tenang
Mengapa kekerasan yang terjadi pemecah masalah?
Lihat !
Korban-korban berjatuhan
Yang tak bersalahpun menjadi korban, terkapar mandi darah
Puas melihat semua itu?
Korban bencana alam belum reda
Mengapa mesti ditambah dengan korban-korban lain?
Korban-korban karena kesengajaan
Dimanakah, perdamaian itu sebenarnya?
Kapankah semua pertikaian ini berhenti?
Apa yang sebenarnya diperebutkan?
Siapa yang salah?
Ku hanya bisa menarik napas panjang dan mendesah
Tanpa mampu berbuat apa-apa
Dan tanpa mampu berkata lain
Semoga besok negeriku ini masih bisa tersenyum,
secerah mentari pagi.
Label:
Kesastraan
|
0
komentar
Definisi, Macam-macam Drama
3/29/2011 08:15:00 AM |
Diposkan oleh:
Hasanudin
Arti Definisi/Pengertian Drama Dan Jenis/Macam Drama
Drama adalah suatu aksi atau perbuatan (bahasa yunani). Sedangkan dramatik adalah jenis karangan yang dipertunjukkan dalan suatu tingkah laku, mimik dan perbuatan. Sandiwara adalah sebutan lain dari drama di mana sandi adalah rahasia dan wara adalah pelajaran. Orang yang memainkan drama disebut aktor atau lakon. Drama menurut masanya dapat dibedakan dalam dua jenis yaitu drama baru dan drama lama.
1. Drama Baru/Drama Modern.
Drama baru adalah drama yang memiliki tujuan untuk memberikan pendidikan kepada mesyarakat yang umumnya bertema kehidupan manusia sehari-hari.
2. Drama Lama/Drama Klasik.
Drama lama adalah drama khayalan yang umumnya menceritakan tentang kesaktian, kehidupan istanan atau kerajaan, kehidupan dewa-dewi, kejadian luar biasa, dan lain sebagainya.
Macam-Macam Drama Berdasarkan Isi Kandungan Cerita:
1. Drama Komedi.
Drama komedi adalah drama yang lucu dan menggelitik penuh keceriaan.
2. Drama Tragedi
Drama tragedi adalah drama yang ceritanya sedih penuh kemalangan.
3. Drama Tragedi Komedi
Drama tragedi-komedi adalah drama yang ada sedih dan ada lucunya.
4. Opera
Opera adalah drama yang mengandung musik dan nyanyian.
5. Lelucon/Dagelan
Lelucon adalah drama yang lakonnya selalu bertingkah pola jenaka merangsang gelak tawa penonton.
6. Operet/Operette
Operet adalah opera yang ceritanya lebih pendek.
7. Pantomim
Pantomim adalah drama yang ditampilkan dalam bentuk gerakan tubuh atau bahasa isyarat tanpa pembicaraan.
8. Tablau
Tablau adalah drama yang mirip pantomim yang dibarengi oleh gerak-gerik anggota tubuh dan mimik wajah pelakunya.
9. Passie
Passie adalah drama yang mengandung unsur agama/relijius.
10. Wayang
Wayang adalah drama yang pemain dramanya adalah boneka wayang. Dan lain sebagainya.
Label:
Kesastraan
|
1 komentar
Pembagian Tugas dalam Pementasan (Drama)
3/29/2011 08:03:00 AM |
Diposkan oleh:
Hasanudin
Pembagian Tugas Dalam Pementasan
1. Sebelum sampai pada penggarapan naskah untuk pementasan, terlebih dahulu perlu kita kenal beberapa fungsi atau peran dalam pementasan. Pada dasarnya kerja pementasan adalah kerja kelompok atau tim. Tim terbagi menjadi dua, yaitu tim penyelenggara dan tim pementasan. Yang dimaksud tim penyelenggara pementasan adalah orang-orang yang bekerja untuk melaksanakaan “acara” pementasan. Tim penyelenggara meliputi ketua panitia (pimpinan produksi), sekretasis, bendahara, sie dana, sie publikasi, sie perlengkapan, sie dokumentasi, si konsumsi, dam masih banyak lagi. Tim ini berperan dalam “menjual” karya seni (drama). Sukses tidaknya acara pementasan (dengan indikasi jumlah penonton yang banyak, keuntungan finansial minimal balik modal, apresiasi penonton, soundsistem, lighting yang bagus) bergantung pada tim ini.
2. Tim kedua adalah tim pementasan. Yang dimaksud tim pementasan adalah sekelompok orang yang bertugas menyajikan karya seni (drama) untuk ditonton. Tim pementasan terdiri dari sutradara, penulis naskah, tim artistik, tim tata rias, tim kostum, tim lighting, dan aktor. Sebenarnya tim pementasan ini terbagi menjadi dua kelompok yaitu tim on stage (di atas panggung) atau aktor, dan tim behind stage (belakang panggung). Kedua tim ini memiliki peran yang sama dalam mensukseskan pertunjukan/pementasan.
3. Pertama-tama kita bahas dulu tim pementasan beserta tugas dan kewenangannya.
a. Sutradara. Seperti kita ketahui bersama, sutradara adalah pimpinan pementasan. Ia bertugas melakukan casting (memilih pemain sesuai peran dalam naskah), mengatur akting para aktor, dan mengatur kru lain dalam mendukung pementasan. Pada dasarnya seorang sutradara berkuasa mutlak sekaligus bertanggung jawab mutlak atas pementasan.
b. Penulis Naskah. Sebenarnya ketika sebuah naskah dipilih untuk dipentaskan, penulis naskah sudah “mati”. Artinya, ia tidak memiliki hak lagi untuk mengatur visualisasi atas naskahnya. Tanggung jawab visualisasi ada pada sutradara. Biasanya, dalam perencanaan akting, seorang penulis naskah hanya diminta sebagai komentator.
c. Penata Panggung. Tugas utama penata panggung adalah mewujudkan latar (setting panggung) seperti yang diinginkan oleh sutradara. Biasanya sutradara akan berdiskusi dengan penata panggung untuk mewujudkan setting panggung yang mendukung cerita.
d. Penata Cahaya. Tugas utama penata cahaya adalah merencanakan sekaligus memainkan pencahayaan pada saat pementasan sehingga pencahayaan mendukung penciptaan latar suasana panggung. Jelas bahwa penata caha perlu berkoordinasi dengan penata panggung. Seorang penata cahaya harus memiliki pengetahuan memadai dalam hal mixer cahaya.
e. Penata Rias dan Busana. Tugas utama penata rias dan busana adalah mewujudkan rias dan kostum para aktor sesuai dengan karakter tokoh yang dituntut oleh sutradara. Biasanya, penata rias dan busana berkoordinasi erat dengan sutradara.
f. Penata Suara. Tugas utama penata suara adalah mewujudkan sound effect yang mendukung pementasan. Bersama dengan penata busana, penata panggung, dan penata cahaya, penata suara menciptakan latar yang mendukung pementasan. Jelas bahwa prasyarat untuk menjadi penata suara adalah memiliki kemampuan mengelola sound sistem dan sound effect.
g. Aktor. Tugas utama aktor adalah memerankan tokoh yang ditugaskan kepadanya oleh sutradara.
h. Tim Produksi adalah sebagai berikut.
1) Ketua Panitia
2) Sekretaris
3) Bendahara
4) Sie Acara
5) Sie Dana
6) Sie Dokumentasi
7) Perlengkapan
8) Konsumsi
9) Tempat
Label:
Kesastraan
|
0
komentar
Bentuk, Perbedaan, Unsur Drama, dan Unsur Pementasan Drama
1/28/2011 10:15:00 PM |
Diposkan oleh:
Hasanudin
Bentuk-Bentuk Drama
1. Berdasarkan bentuk sastra cakapannya, drama dibedakan menjadi dua
- Drama puisi, yaitu drama yang sebagian besar cakapannya disusun dalam bentuk puisi atau menggunakan unsur-unsur puisi.
- Drama prosa, yaitu drama yang cakapannya disusun dalam bentuk prosa.
2. Berdasarkan sajian isinya
- Tragedi (drama duka), yaitu drama yang menampilkan tokoh yang sedih atau muram, yang terlibat dalam situasi gawat karena sesuatu yang tidak menguntungkan. Keadaan tersebut mengantarkan tokoh pada keputusasaan dan kehancuran. Dapat juga berarti drama serius yang melukiskan tikaian di antara tokoh utama dan kekuatan yang luar biasa, yang berakhir dengan malapetaka atau kesedihan.
- Komedi (drama ria), yaitu drama ringan yang bersifat menghibur, walaupun selorohan di dalamnya dapat bersifat menyindir, dan yang berakhir dengan bahagia.
- Tragikomedi (drama dukaria), yaitu drama yang sebenarnya menggunakan alur dukacita tetapi berakhir dengan kebahagiaan.
3. Berdasarkan kuantitas cakapannya
- Pantomim, yaitu drama tanpa kata-kata
- Minikata, yaitu drama yang menggunakan sedikit sekali kata-kata.
- Doalog monolog, yaitu drama yang menggunakan banyak kata-kata.
4. Berdasarkan besarnya pengaruh unsur seni lainnya
- Opera/operet, yaitu drama yang menonjolkan seni suara atau musik.
- Sendratari, yaitu drama yang menonjolkan seni eksposisi.
- Tablo, yaitu drama yang menonjolkan seni eksposisi.
5. Bentuk-bentuk lain
- Drama absurd, yaitu drama yang sengaja mengabaikan atau melanggar konversi alur, penokohan, tematik.
- Drama baca, naska drama yang hanya cocok untuk dibaca, bukan dipentaskan.
- Drama borjuis, drama yang bertema tentang kehidupan kam bangsawan (muncul abad ke-18).
- Drama domestik, drama yang menceritakan kehidupan rakyat biasa.
- Drama duka, yaitu drama yang khusus menggambarkan kejathan atau keruntuhan tokoh utama
- Drama liturgis, yaitu drama yang pementasannya digabungkan dengan upacara kebaktian gereja (di Abad Pertengahan).
- Drama satu babak, yaitu lakon yang terdiri dari satu babak, berpusat pada satu tema dengan sejumlah kecil pemeran gaya, latar, serta pengaluran yang ringkas.
- Drama rakyat, yaitu drama yang timbul dan berkembang sesuai dengan festival rakyat yang ada (terutama di pedesaan).
Perbedaan Drama Dan Teks Sastra Lainnya
1. Apa yang membedakan teks drama dengan teks cerita rekaan? Anda tentu saja masih ingat bahwa dala novel Belenggu karya Armijn Pane, pengarangnya menceritakan kisahannya dengan melibatkan tokoh-tokoh Tono, Tini, Yah lewat kombinasi antara dialog dan narasi. Sementara itu, dalam teks drama yang lebih mendominasi adalah dialog. Narasi hanya terbatas berupa petunjuk pementasan yang disebut sebagai teks sampingan. Lewat petunjuk pementasan (yang kebanyakan dicetak miring) itulah pengaranag naskah drama memberi arahan penafsiran agar tidak terlalu melenceng ari apa yang sebenarnya dikehendaki.
2. Ciri khas apa yang terdapat dalam drama? Ada gerak seperti mengacungkan tangan, membentak, dan ketakutan. Dengan demikian, penulis lakon membeberkan kisahannya tak cukup jika hanya dibaca. Dibutuhkan gerak. Itulah yang disebut action. Pementasan di panggung. Penulis lakon membayangkan action para aktornya dalam bentuk dialog. Dan dialoglah bagian paling penting dalam drama. Lewat dialoglah kita bisa melacak emosi, pemikiran, karakterisasi, yang kesemuanya itu terhidang di panggung lewat action alias gerak. Oleh karena itu, tidaklah berlebihan apabila seorang pakar drama kenamaan Moulton menyebut drama sebagai ’life presented in action’, alias drama adalah hidup yang ditampilkan dalam gerak. Dengan demikian, secara lebih ringkas drama adala salah satu bagian dari genre sastra yang menggambarkan kehidupan dengan mengemukakan tikaian dan emosi lewat lakuan dan dialog, yang dirancang untuk pementasan di panggung (Sudjiman, 1990).
Unsur-Unsur Drama
1. Dalam drama tradisional (khususnya Aristoteles), lakon haruslah bergerak maju dari suatu beginning (permulaan), melalui middle (pertengahan), dan menuju pada ending (akhir). Dalam teks drama disebut sebagai eksposisi, komplikasi, dan resolusi.
Eksposisi, adala bagian awal yang memberikan informasi kepada penonton yang diperlukan tentang peristiwa sebelumnya atau memperkenalkan siapa saja tokoh-tokohnya yang akan dikembangkan dalam bagian utama dari lakon, dan memberikan suatu indikasi mengenai resolusi.
Komplikasi, berisi tentang konflik-konflik dan pengembangannya. Gangguan-gangguan, halangan-halangan dalam mencapai tujuan, atau kekeliruan yang dialami tokoh utamanya. Alam komplikasi inilah dapat diketahui bagaimana watak tokoh utama (yang menyangkut protagonis dan antagonisnya).
Resolusi, adalah bagian klimaks (turning point) dari drama. Resolusi haruslah berlangsung secara logis dan memiliki kaitan yang wajar dengan apa-apa yang terjadi sebelumnya. Akhir dari drama bisa happy-en atau unhappy-end.
Eksposisi, adala bagian awal yang memberikan informasi kepada penonton yang diperlukan tentang peristiwa sebelumnya atau memperkenalkan siapa saja tokoh-tokohnya yang akan dikembangkan dalam bagian utama dari lakon, dan memberikan suatu indikasi mengenai resolusi.
Komplikasi, berisi tentang konflik-konflik dan pengembangannya. Gangguan-gangguan, halangan-halangan dalam mencapai tujuan, atau kekeliruan yang dialami tokoh utamanya. Alam komplikasi inilah dapat diketahui bagaimana watak tokoh utama (yang menyangkut protagonis dan antagonisnya).
Resolusi, adalah bagian klimaks (turning point) dari drama. Resolusi haruslah berlangsung secara logis dan memiliki kaitan yang wajar dengan apa-apa yang terjadi sebelumnya. Akhir dari drama bisa happy-en atau unhappy-end.
2. Karakter merupakan sumber konflik dan percakapan antartokoh. Dalam sebuah drama harus ada tokoh yang kontra dengan tokoh lain. Jika dalam drama karakter tokohnya sama maka tidak akan terjadi lakuan. Drama baru akan muncul kalau ada karakter yang saling berbenturan.
3. Dialog merupakan salah satu unsur vital. Oleh karena itu, ada dua syarat pokok yang tidak boleh diabaikan, yaitu (1) dialog harus wajar, emnarik, mencerminkan pikiran dan perasaan tokoh yang ikut berperan, (2) dialog harus jelas, terang, menuju sasaran, alamiah, dan tidak dibuat-buat.
Unsur-Unsur Pementasan
1. Dalam pentas drama sekurang-kurangnya ada 6 unsur yang perlu dikenal, yaitu: (1) naskah drama, (2) sutradara, (3) pemeran, (4) panggung, (5) perlengkapan panggung: cahaya, rias, bunyi, pakaian, dan (6) penonton.
2. Naskah drama. Adalah bahan pokok pementasan. Secara garis besar naskah drama dapat berbentuk tragedi (tentang kesedihan dan kemalangan), dan komedi (tentang lelucon dan tingka laku konyol), serta disajikan secara realis (mendekati kenyataan yang sebenarnya dalam pementasan, baik dalam bahasa, pakaian, dan tata panggungnya, serta secara simbolik (dalam pementasannnya tidak perlu mirip apa yang sebenarnya terjadi dalam realita, biasanya dibuat puitis, dibumdui musik-koor-tarian, dan panggung kosong tanpa hiasan yang melukiskan suatu realitas, misalnya drama karya Putu Wijaya. Naskah yang telah dipilih harus dicerna atau diolah, bahkan mungkin diubah, ditambah atau dikurangi disinkronkan dengan tujuan pementasan tafsiran sutradara, situasi pentas, kerabat kerja, peralatan, dan penonton yang dibayangkannya.
3. Sutradara. Setelah naskah, faktor sutradara memegang peranan yang penting. Sutradara inilah yang bertugas mengkoordinasikan lalu lintas pementasan agar pementasannya berhasil. Ia bertugas membuat/mencari naskah drama, mencari pemeran, kerabat kerja, penyandang dana (produsen), dan dapat mensikapi calon penonton.
4. Pemeran. Pemeran inilah yang harus menafsirkan perwatakan tokoh yang diperankannya. Memang sutradaralah yang menentukannya, tetapi tanpa kepiawaian dalam mewujudkan pemeranannya, konsep peran yang telah digariskan sutradara berdasarkan naskah, hasilnya akan sia-sia belaka.
5. Panggung. Secara garis besar variasi panggung dapat dibedakan menjadi dua kategori. Pertama, panggung yang dipergunakan sebagai pertunjukan sepenuhnya, sehingga semua penonton dapat mengamati pementasan secara keseluruhan dari luar panggung. Kedua, panggung berbentuk arena, sehingga memungkinkan pemain berada di sekitar penonton.
6. Cahaya. Cahaya (lighting) diperlukan untuk memperjelas penglihatan penonton terhadap mimim pemeran, sehingga tercapai atau dapa mendukung penciptaan suasana sedih, murung, atau gembira, dan juga dapat mendukung keratistikan set yang dibangun di panggung.
7. Bunyi (sound effect). Bunyi ini memegang peran penting. Bunyi dapat diusahakan secara langsung (orkestra, band, gamelan, dsb), tetapi juga dapat lewat perekaman yang jauh hari sudah disiapkan oleh awak pentas yang bertanggung jawab mengurusnya.
8. Pakaian. Sering disebut kostum (costume), adalah pakaian yang dikenakan para pemain untuk membantu pemeran dalam menampilkan perwatakan tokoh yang diperankannya. Dengan melihat kostum yang dikenakannya para penonton secara langsung dapat menerka profesi tokoh yang ditampilkan di panggung (dokter, perawat, tentara, petani, dsb), kedudukannya (rakyat jelata, punggawa, atau raja), dan sifat sang tokoh trendi, ceroboh, atau cermat).
9. Rias. Berkat rias yang baik, seorang gadis berumur 18 tahun dapat berubah wajah seakan-akan menjadi seorang nenek-nenek. Dapat juga wajah tampan dapat dipermak menjadi tokoh yang tampak kejam dan jelek. Semua itu diusahakan untuk lebih membantu para pemeran untuk membawakan perwatakan tokoh sesuai dengan yang diinginkan naskah dan tafsiran sutradara.
10. Penonton. Dalam setiap pementasan faktor penonton perlu dipikirkan juga. Jika drama yang dipentaskan untuk para siswa sekolah sendiri, faktor mpenonton tidak begitu merisaukan. Apabila terjadi kekeliruan, mereka akan memaafkan, memaklumi, dan jika pun mengkritik nadanya akan lebih bersahabat. Akan tetapi, dalam pementasan untuk umum, hal seperti tersebut di atas tidak akan terjadi. Oleh karena itu, jauh sebelum pementasan sutradara harus mengadakan survei perihal calon penonton. Jika penontonnya ”ganas” awak pentas harus diberi tahu, agar lebih siap, dan tidak mengecewakan para penonton.
Label:
Kesastraan
|
0
komentar
Langganan:
Postingan (Atom)
Label
- Catatan Kecilku (1)
- Dunia Keluarga (5)
- Dunia Remaja (2)
- Karya Ilmiah (5)
- Kebahasaan (26)
- Kesastraan (10)
- Kumpulan Makalah (10)
- Manajemen Qalbu (13)
- Materi Pramuka (18)
- Pembelajaran (6)
- Riyadhus Shalihin (4)
Subscribe Via Email
About Me
- Hasanudin
- Ketidaksempurnaan adalah hakiki insan Tuhan. Menjadikan lebih sempurna adalah kewajiban Insan terhadap Tuhan, dengan iman dan takwa kepada-Nya. Sebagai seorang insan kita wajib menghargai ketidaksempurnaan sesama.
Followers
Blog Archive
-
▼
2011
(100)
-
▼
Mei
(16)
- Memahami Peserta Didik dan Kebutuhannya
- Kebenaran
- Sabar
- Bab 2. Taubat
- Aku Anak Desa Kaki Gunung Candi
- FORUM PRAMUKA SIAGA, PENGGALANG, PENEGAK, PANDEGA
- Penelitian Tindakan Kelas
- 4 Hal Tentang Mendidik Anak
- Penyesuaian Diri Sosial (pada Remaja)
- Example for Application Letter (Surat Lamaran Kerj...
- How to Describe Learning and Teaching
- Semantik Bahasa Indonesia
- Bab 1. Keikhlasan Dan Menghadirkan Niat Dalam Sega...
- DEWAN SATUAN PRAMUKA
- Kewajiban Mengikuti Syari’at dan Larangan Melakuka...
- Peningkatan, Pemilihan Bahan, dan Penilaian Pembel...
-
▼
Mei
(16)