Contoh Proposal Penelitian Skripsi
3/28/2011 05:54:00 AM |
Diposkan oleh:
Hasanudin
CONTOH PROPOSAL PENELITIAN SKRIPSI
PENINGKATAN KETERAMPILAN MENYIMAK DONGENG
DENGAN PENDEKATAN INTEGRATIF
MELALUI TEKNIK DENGAR-CERITA
PADA SISWA KELAS V SD NEGERI BARUSUDA 02
KECAMATAN CIGEDUG KABUPATEN GARUT
TAHUN PELAJARAN 2009-2010
A. Latar Belakang Masalah
Era pembangunan dewasa ini makin lama makin kita rasakan pentingnya berkomunikasi baik antar anggota masyarakat maupun antar kelompok masyarakat. Alat komunikasi yang ampuh adalah bahasa. Dengan bahasa, manusia sebagai makhluk sosial dapat berhubungan satu sama lain secara efektif dan dapat menyatakan perasaan, pendapat bahkan dengan bahasa kita dapat berpikir dan bernalar. Bahasa juga memungkinkan manusia untuk saling berhubungan, saling berbagi pengalaman, saling belajar, dan untuk meningkatkan kemampuan intelektual dan kesusasteraan merupakan salah satu sarana untuk menuju pemahaman tersebut (Depdiknas 2004: 2). Oleh sebab itu, agar komunikasi berjalan dengan lancar, kita perlu terampil berbahasa baik lisan maupun tulis. Suatu komunikasi dikatakan berhasil apabila pesan yang disampaikan dapat dipahami dengan baik oleh penyimak suatu makna atau maksud.
Menurut Tarigan (1994: 2), keterampilan berbahasa (atau language arts, language skills) dalam kurikulum mencakup empat jenis, yaitu keterampilan menyimak (listening skills), keterampilan berbicara (speaking skills), keterampilan membaca (reading skills) dan keterampilan menulis (writing skills). Keterampilan menyimak merupakan salah satu keterampilan pertama yang dipelajari oleh manusia, kemudian berbicara diikuti dengan membaca dan menulis. Keempat keterampilan tersebut merupakan catur tunggal, yaitu antara satu dengan lainnya saling berhubungan dan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan.
Setiap keterampilan itu erat pula berhubungan dengan proses-proses berpikir yang mendasari bahasa. Bahasa seseorang mencerminkan pikirannya. Seseorang yang terampil berbahasa maka jalan pikirannya semakin cerah dan jelas. Keterampilan hanya dapat diperoleh dan dikuasai dengan jalan praktik dan banyak latihan. Melatih keterampilan berbahasa itu pula melatih keterampilan berpikir (Dawson, 1963: 2; dalam Tarigan 1985: 1).
Mata pelajaran bahasa Indonesia adalah program untuk mengembangkan pengetahuan, keterampilan berbahasa, dan sikap positif terhadap bahasa Indonesia. Menyimak merupakan salah satu bagian dari mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia. Dalam kurikulum berbasis kompetensi meliputi aspek kemampuan berbahasa dan aspek kemampuan bersastra. Aspek keterampilan berbahasa meliputi keterampilan mendengarkan, berbicara, membaca dan menulis yang berhubungan dengan ragam sastra. Dalam pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia, aspek keterampilan berbahasa dan keterampilan bersastra harus dilakukan secara seimbang.
Penelitian ini memilih keterampilan menyimak karena pada pembelajaran menyimak belum terlaksana dengan baik seperti yang dikemukakan Sutari, dkk (1997: 117-118), dikemukakan beberapa alasan yaitu: (1) pelajaran menyimak relatif baru dinyatakan dalam kurikulum sekolah, (2) teori, prinsip, dan generalisasi mengenai menyimak belum banyak diungkapkan, (3) pemahaman terhadap apa dan bagaimana menyimak itu masih minim, (4) buku teks dan buku pegangan guru dalam pembelajaran menyimak sangat langka, (5) guru-guru bahasa Indonesia kurang berpengalaman dalam melaksanakan pengajaran menyimak, (6) bahan pengajaran menyimak masih kurang, (7) guru-guru bahasa Indonesia belum terampil menyusun bahan pengajaran menyimak, dan (8) jumlah murid terlalu besar.
Kegiatan menyimak banyak dilakukan dalam kehidupan bermasyarakat dibanding dengan keterampilan berbahasa yang lain. Menurut Paul T. Rankin (dalam Tarigan 1994: 129), berdasarkan survei, maka didapat 9% menulis, 16% membaca, 30% berbicara dan 45% menyimak. Dari hasil survei yang ada membuktikan bahwa keterampilan menyimak memegang angka tertinggi.
Menyimak merupakan salah satu faktor penting yang dipergunakan waktu proses belajar mengajar dalam kelas. Hal itu dikarenakan siswa harus bisa menyimak penjelasan guru dengan baik. Jika siswa tidak bisa menyimak dengan baik secara otomatis apa yang disampaikan guru tidak berhasil. Jadi, keberhasilan siswa dalam pelajaran ditentukan oleh baik buruknya siswa dalam hal menyimak. Berdasarkan hal-hal tersebut maka menyimak perlu dikuasai dan ditingkatkan dengan baik.
Pada kenyataannya pembelajaran menyimak kurang diperhatikan dengan baik dan sering kali diremehkan oleh siswa. Hal itu menyebabkan siswa kurang maksimal dalam pembelajaran menyimak. Oleh sebab itu, guru harus bisa memilih cara agar dalam pembelajaran berhasil. Banyak siswa yang mengalami kesulitan dalam penguasaaan keterampilan menyimak. Kenyataan ini terlihat dalam proses pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di kelas V SD Negeri Barusuda 02 Kecamatan Cigedug, yang hanya berorientasi pada teori dan pengetahuan saja sedangkan latihan kurang diperhatikan khususnya keterampilan menyimak. Pada kenyataannya, keterampilan menyimak khususnya menyimak dongeng siswa kelas V SD Negeri Barusuda 02 Kecamatan Cigedug masih rendah. Berdasarkan pengamatan kesulitan dalam pembelajaran menyimak dongeng yang ditemukan dalam objek penelitian adalah (1) siswa kurang memahami keterampilan menyimak dongeng, (2) manfaat yang didapat dari menyimak dongeng dirasakan kurang oleh siswa, sehingga menyebabkan siswa kurang antusias, (3) pendekatan yang digunakan guru belum tepat, (4) teknik pembelajaran menyimak dongeng kurang bervariasi. Hal tersebut menyebabkan keterampilan menyimak dongeng siswa kelas V SD Negeri Barusuda 02 Kecamatan Cigedug rendah.
Cara yang digunakan untuk keterampilan menyimak dongeng adalah diperlukannya pendekatan dan teknik yang sesuai. Hal itu diharapkan keterampilan menyimak akan mengalami peningkatan. Dengan meningkatnya hasil pada pembelajaran menyimak dongeng maka siswa akan berhasil dalam proses pembelajaran di kelas. Pembelajaran dengan pendekatan integratif dapat dijadikan sebagai strategi untuk meningkatkan keterampilan menyimak dongeng siswa. Integratif merupakan konsep belajar yang menyatukan beberapa aspek ke dalam satu proses. Integratif dibagi menjadi dua yaitu interbidang studi dan antarbidang studi. Interbidang studi artinya beberapa aspek dalam satu bidang studi ini diintegrasikan. Misalnya menyimak diintegrasikan dengan berbicara dan menulis. Sedangkan antarbidang studi merupakan pengintegrasian bahan dari beberapa bidang studi. Misalnya, bahasa Indonesia dengan matematika atau dengan bidang studi lainnya (Suyatno, 2004: 26).
Pembelajaran dengan teknik cerita diharapkan dapat meningkatkan keterampilan menyimak dongeng pada siswa kelas V SD Negeri Barusuda 02 Kecamatan Cigedug. Dalam pembelajaran tersebut, kegiatan yang dilakukan pada teknik dengar cerita adalah siswa diperdengarkan sebuah dongeng yang kemudian disuruh bercerita.
Pembelajaran dengan pendekatan integratif dan teknik dengar-cerita diharapkan dapat meningkatkan keterampilan menyimak dongeng siswa kelas V SD Negeri Barusuda 02 Kecamatan Cigedug. Dalam pembelajaran tersebut kegiatan belajar diaplikasikan sesuai dengan kompetensi dasar yang dimiliki siswa. Materi tidak dipisah-pisahkan, sehingga menggunakan pendekatan integratif. Jadi meskipun keterampilan yang digunakan adalah menyimak maka dipadukan dengan keterampilan berbicara. Dengan cara tersebut diharapkan dapat mengatasi kesulitan belajar siswa.
B. Rumusan Masalah
Dilihat dari identifikasi dan pembatasan masalah di atas, penulis mendapatkan rumusan masalah sebagai berikut ini.
1) Bagaimanakah peningkatan keterampilan menyimak dongeng pada siswa kelas V SD Negeri Barusuda 02 Kecamatan Cigedug setelah dilakukan pembelajaran keterampilan menyimak dongeng dengan pendekatan integratif melalui teknik dengar-cerita?
2) Bagaimanakah perubahan perilaku siswa pada siswa kelas V SD Negeri Barusuda 02 Kecamatan Cigedug setelah dilakukan pembelajaran keterampilan menyimak dongeng dengan pendekatan integratif melalui teknik dengar-cerita?
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan rumusan di atas, masalah yang muncul sangatlah banyak sehingga perlu dibatasi. Pembatasan masalah ini bertujuan agar pembahasan tidak terlalu luas.
Permasalahan yang akan menjadi bahan penelitian adalah rendahnya keterampilan menyimak dongeng. Hal ini disebabkan belum menggunakan pendekatan menyimak yang tepat. Sehingga penelitian ini dibatasi pada pendekatan integratif. Selain itu, teknik pembelajaran kurang bervariasi maka pada penelitian ini dibatasi pada teknik dengar-cerita.
D. Tujuan Penelitian
Tujuan diadakannya penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mendiskripsikan peningkatan keterampilan menyimak dongeng pada siswa kelas V SD Negeri Barusuda 02 Kecamatan Cigedug setelah dilakukan pembelajaran keterampilan menyimak dongeng dengan pendekatan integratif melalui teknik dengar-cerita.
2. Untuk mendiskripsikan perubahan tingkah laku siswa kelas V SD Negeri Barusuda 02 Kecamatan Cigedug setelah dilakukan pembelajaran keterampilan menyimak dongeng dengan pendekatan integratif melalui teknik dengar-cerita.
E. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara teoretis dan praktis.
1. Manfaat Teoretis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi perkembangan penelitian pendidikan di Indonesia, khususnya pada bidang penelitian tindakan kelas. Penelitian ini juga diharapkan menambah khasanah pengetahuan dan pemahaman bagi pembaca tentang peningkatan keterampilan mernyimak dongeng dengan pedekatan integratif melalui teknik dengar-cerita. Selain itu, bermanfaat untuk memberikan masukan bagi teori pembelajaran menyimak dan dipakai sebagai bahan penelitian lebih lanjut.
2. Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi guru, yaitu (1) memberikan masukan pada guru tentang keterampilan menyimak dongeng dengan pendekatan integratif melalui teknik dengar-cerita, (2) memperkaya khasanah pendekatan dan teknik dalam pembelajaran menyimak dongeng, (3) memperbaiki pendekatan dan teknik untuk mengajar yang selama ini digunakan. Penelitian ini juga dapat memberi manfaat bagi siswa, yaitu (1) meningkatkan pemahaman siswa terhadap pembelajaran menyimak dongeng, (2) dapat membantu siswa dalam mengatasi kesulitan pembelajaran menyimak khususnya menyimak dongeng, (3) memotivasi siswa untuk belajar, dan (4) melatih dan membiasakan siswa untuk melakukan kegiatan menyimak secara intensif dan efektif.
F. Hipotesis Tindakan
Hipotesis penelitian ini adalah adanya peningkatan keterampilan menyimak dongeng dan perubahan perilaku pada siswa kelas V SD Negeri Barusuda 02 Kecamatan Cigedug setelah dilakukan proses pembelajaran menyimak dongeng dengan pendekatan integratif dan melalui teknik dengar-cerita.
G. Metode Penelitian
Penelitian ini peneliti menggunakan penelitian tindakan kelas (PTK) yang merupakan bentuk kajian yang sistematis reflektif oleh pelaku tindakan yang dilakukan untuk meningkatkan kemantapan rasional dari tindakan mereka dalam melaksanakan tugas, memperdalam pemahaman terhadap tindakan-tindakan yang dilakukannya itu, serta memperbaiki kondisi pembelajaran (Depdiknas 2004: 7).
Penelitian tindakan kelas bersifat reflektif artinya dalam proses penelitian, guru sekaligus sebagai peneliti yang memikirkan apa dan mengapa suatu tindakan terjadi di kelas, dari pemikiran itu kemudian guru mencari pemecahannya melalui tindakan-tindakan tertentu (Suyatno dalam Depdiknas 2004: 7).
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam bentuk siklus yang terdiri atas empat tahap, yakni perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Tindakan dalam penelitian ini, rencananya akan dilakukan dalam dua siklus, seperti dalam gambar berikut.
Siklus I yang meliputi perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi merupakan awal kegiatan untuk mengetahui kondisi awal siswa mengenai kemampuan siswa dalam pembelajaran keterampilan menyimak dongeng dengan teknik dengar-cerita. Dengan adanya refleksi pada proses tindakan pada siklus I, akan muncul pemikiran baru guna mengatasi permasalahan tersebut sehingga memerlukan perencanaan ulang, tindakan ulang, dan refleksi ulang pada siklus II.
Siklus I bertujuan untuk mengetahui keterampilan menyimak dongeng siswa, kemudian dipakai sebagai refleksi untuk melakukan siklus II. Siklus II bertujuan untuk mengetahui peningkatan keterampilan menyimak dongeng dengan teknik dengar-cerita setelah dilakukan perbaikan terhadap proses pemelajaran yang didasarkan pada refleksi siklus I.
F. Definisi Operasional
Penulis akan menjelaskan mengenai istilah-istilah yang digunakan dalam judul skripsi ini agar tidak terdapat perbedaan penafsiran atau perbedaan dalam menginterpretasikan. Selain itu, supaya memberikan arah dan tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini dan untuk memberikan pengertian kepada pembaca mengenai apa yang hendak dicapai dalam penelitian. Penegasan istilah dari istilah-istilah itu adalah sebagai berikut ini.
1. Pengertian Menyimak
Keterampilan menyimak merupakan salah satu keterampilan berbahasa pertama ketika manusia memperoleh bahasa. Menyimak sangat diperlukan dalam kehidupan sehari-hari baik di lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat sebagai sarana berinterkasi dan komunikasi. Keterampilan menyimak merupakan keterampilan pertama kali yang digunakan siswa dalam proses pembelajaran sebelum keterampilan yang lain, seperti membaca, berbicara, dan menulis. Dengan demikian keterampilan menyimak adalah keterampilan terpenting sebelum melakukan kegiatan berbahasa yang lain, seperti membaca, berbicara, dan menulis.
Menyimak menurut Akhdiat (dalam Sutari 1997: 19), ialah suatu proses yang mencakup kegiatan mendengarkan bunyi bahasa, mengidentifikasikan, dan mereaksi atas makna yang terkandung di dalamnya. Anderson (dalam Tarigan 1994: 28), menyatakan bahwa menyimak adalah proses besar mendengarkan, menyimak, serta menginterpretasikan lambang-lambang lisan. Russel & Russel (dalam Tarigan 1994: 28), menyatakan bahwa menyimak mempunyai makna mendengarkan dengan penuh pemahaman dan perhatian serta apresiasi.
Menurut Tarigan (1994: 28), menyimak adalah suatu proses kegiatan mendengarkan lambang-lambang lisan dengan penuh perhatian, pemahaman, apresiasi, serta interpretasi untuk memperoleh informasi, menangkap isi atau pesan serta memahami makna komunikasi yang telah disampaikan oleh sang pembicara melalui ujaran atau bahasa lisan.
Subyantoro dan Hartono (2003: 1-2 dalam Suratno 2006), menyatakan bahwa mendengar adalah peristiwa tertangkapnya rangsangan bunyi oleh panca indera pendengaran yang terjadi pada waktu kita dalam dalam keadaan sadar akan adanya rangsangan tersebut, sedangkan mendengarkan adalah kegiatan mendengar yang dilakukan dengan sengaja penuh perhatian terhadap apa yang didengar, sementara itu menyimak pengertiannya sama dengan mendengarkan tetapi dalam menyimak intensitas perhatian terhadap apa yang disimak lebih ditekankan lagi.
Dari pendapat beberapa para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa menyimak adalah suatu proses kegiatan mendengarkan lambang-lambang lisan yang dilakukan dengan penuh perhatian dan pemahaman, apresiasi dan interpretasi untuk memperoleh suatu pesan, informasi dan menangkap isi pesan tersebut yang disampaikan oleh orang lain melalui bahasa lisan yang telah disimak.
2. Pengertian Dongeng
Cerita rakyat baik yang bernilai sastra atau bukan adalah bagian dari apa yang disebut foklor. Danandjaja (1991: 20), mengatakan bahwa foklor merupakan bagian dari kebudayaan suatu kolektif yang terbesar dan diwariskan turun-temurun di antara kolektif lain secara tradisional dalam versi yang berbeda, baik dalam bentuk lisan maupun contoh yang disertai dengan gerak atau alat bantu lain. Oleh karena itu, apa yang timbul dan hidup di dalam wilayah (kolektif) tertentu merupakan bagian dari kebudayaan setempat.
Cerita rakyat pada umumnya dapat dikelompokkan ke dalam tiga kategori yaitu mithe, legenda, dan dongeng (Bascom, dalam Danandjaja 1991: 50). Ciri utama mithe adalah cerita yang dianggap orang benar-benar terjadi dan dianggap bernilai sakral; legenda adalah cerita (prosa) rakyat yang dianggap pernah benar-benar terjadi, tetapi tidak dianggap suci; sedangkan dongeng adalah cerita khayal yang tidak mungkin terjadi dan tidak terikat oleh waktu dan tempat.
3. Pendekatan Integratif
Dalam kurikulum 2004 ini, siswa dituntut untuk menguasai empat keterampilan baik itu keterampilan berbahasa dan bersastra. Guru harus bisa memilih pendekatan yang sesuai pada setiap proses pembelajaran. Hal itu diharapkan agar hasil yang dicapai siswa bisa maksimal.
Menurut Suyatno (2004: 26), integratif berarti menyatukan beberapa aspek ke dalam satu proses. Integratif terbagi menjadi interbidang studi dan antarbidang studi. Interbidang studi artinya beberapa aspek dalam satu bidang studi diintegrasikan. Misalnya, menyimak diintegrasikan dengan berbicara dan menulis. Sedangkan, antarbidang studi merupakan pengintegrasikan bahan dari beberapa bidang studi. Misalnya, bahasa Indonesia dengan matematika atau dengan bidang studi lainya. Menurut Djiwandono (1996: 10), pendekatan integratif diibaratkan sebuah bahasa. Bahasa merupakan penggabungan dari bagian-bagian dan komponen-komponen bahasa, yang bersama-sama membentuk bahasa. Bahasa merupakan suatu integrasi dari bagian-bagian terkecil yang membentuk bagian-bagian yang lebih besar, yang secara bertahap dan berjenjang membentuk bagian-bagian yang lebih besar apalagi yang pada akhirnya merupakan bentukan terbesar berupa bahasa seutuhnya.
Dalam pembelajaran bahasa Indonesia, integratif interbidang studi lebih banyak digunakan. Saat guru dalam pembelajaran menyimak itu menggunakan pembelajaran menyimak maka perpindahannya diatur secara tipis. Bahkan, guru yang pandai mengintegrasikan penyampaian materi dapat menyebabkan siswa tidak merasakan perpindahan materi.
Integratif sangat diharapkan dalam pembelajaran bahasa Indonesia oleh kurikulum berbasis kompetensi ini. Pengintegrasiannya diaplikasikan sesuai kompetensi dasar yang perlu dimiliki siswa. Materi tidak bisa dipisah-pisahkan. Materi ajar harus dikemas secara menarik.
Dalam pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia, empat keterampilan yang ada tidak bisa terpusat penyajiannya. Hal itu dikarenakan antara satu keterampilan dengan keterampilan yang lain saling berkaitan atau berhubungan. Penggunaan satu keterampilan biasanya dipadukan dengan ketrampilan berbahasa yang lain. Itu dilakukan oleh pengajar agar proses pembelajaran berhasil dan mendapatkan hasil yang memuaskan.
Pada penelitian kali ini, peneliti memadukan antar keterampilan berbahasa yang satu dengan yang lain. Penekanan yang dipakai dalam penelitian kali ini adalah keterampilan menyimak akan tetapi dipadukan dengan keterampilan berbicara. Hal itu dilakukan agar guru bisa mengetahui seberapa tingkat daya simak siswa. Oleh karena itu, penelitian ini dipadukan dengan keterampilan berbicara, membaca, dan menulis.
A. Teknik Pengumpulan Data
Teknik yang digunakan untuk pengumpulan data dalam penelitian ini adalah tes dan nontes untuk mengukur peningkatan keterampilan menyimak dongeng dengan pendekatan integratif melalui teknik dengar-cerita.
1. Teknik Tes
Data dalam penelitian ini diperoleh dengan menggunakan tes. Tes dilakukan sebanyak dua kali, yaitu pada siklus I dan tes pada siklus II. Pengumpulan data tes untuk mengungkap pemahaman siswa terhadap materi simakan. Soal yang digunakan untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa terhadap materi simakan dengan cara menceritakan kembali isi dongeng yang telah disimak. Dari hasil analisis tes ini dapat diketahui peningkatan keterampilan menyimak dongeng siswa.
2. Teknik Nontes
Teknik pengumpulan nontes dilakukan dengan menggunakan observasi, wawancara, jurnal, dan dokumentasi.
a) Teknik Observasi
Teknik observasi dilakukan oleh peneliti pada saat pembelajaran berlangsung dengan membuat catatan khusus yang berkaitan dengan perilaku siswa dalam kegiatan menyimak dongeng dengan pendekatan integratif melalui teknik dengar-cerita.
Kegiatan obsevasi ini dilaksanakan untuk mengetahui sikap dan perilaku siswa selama proses pembelajaran menyimak dongeng berlangsung. Observasi dilaksanakan pada siklus I dan siklus II. Peneliti sebelumnya mempersiapkan lembar observasi untuk dijadikan pedoman dalam pengambilan data. Observasi dilakukan oleh peneliti dan dibantu oleh guru kelas dan teman sejawat. Ketiga orang ini ketika observasi berlangsung mencatat semua kejadian-kejadian selama pembelajaran berlangsung. Proses observasi direkam oleh peneliti dengan membuat catatan-catatan khusus mengenai perilaku-perilaku yang terjadi selama pembelajaran berlangsung dengan memberikan lembar observasi yang sudah dipersiapkan oleh peneliti.
b) Teknik Jurnal
Jurnal adalah buku atau catatan yang dimiliki oleh siswa dan guru selama kegiatan menyimak berlangsung. Teknik jurnal ini ada dua, yaitu jurnal siswa dan jurnal guru. Untuk jurnal guru berisi catatan-catatan mengenai perilaku siswa, respon siswa, keaktifan siswa ketika pembelajaran menyimak dongeng dengan pendekatan integratif melalui teknik dengar-cerita. Untuk jurnal siswa, siswa diminta memberikan kesan terhadap pembelajaran menyimak, tanggapan terhadap cara guru atau peneliti mengajar, dan tanggapan siswa terhadap pembelajaran menyimak dengan teknik dengar-cerita. Hal ini sangat diperlukan peneliti untuk mengevaluasi dan merefleksi. Jurnal dilakukan saat pembelajaran berakhir baik siklus I dan siklus II.
c) Teknik Wawancara
Teknik wawancara digunakan untuk memperoleh data secara langsung tentang berbagai hal yang berkaitan dengan keterampilan menyimak dongeng dengan pendekatan integratif melalui teknik dengar-cerita. Data yang diambil mengenai pendapat, kesan, dan tanggapan siswa terhadap pembelajaran menyimak. Wawancara dilakukan di luar pelajaran terhadap siswa yang mendapat nilai yang baik dan nilai yang tidak baik. Peneliti sudah menyiapkan lembar wawancara sebelumnya. Hasil wawancara ini dapat digunakan untuk melakukan perbaikan pada pembelajaran siklus berikutnya.
d) Teknik Dokumentasi
Teknik dokumentasi dalam penelitian ini berfungsi untuk memperoleh data nontes yang berupa gambar foto yang diambil peneliti dan dibantu teman sejawat pada proses pembelajaran siklus I dan siklus II sedang berlangsung. Yang perlu dijadikan dokumentasi dalam penelitian ini adalah adalah (1) saat guru menyampaikan materi, (2) kegiatan siswa pada saat guru memperdengarkan dongeng, (3) saat siswa berkelompok mendiskusikan isi dongeng, (4) ketika perwakilan kelompok maju menceritakan isi dongeng, dan (5) keaktifan siswa dalam proses pembelajaran. Hal ini merupakan bukti bahwa penelitian keterampilan menyimak dongeng dengan melalui pendekatan integratif teknik dengar-cerita itu telah benar-benar dilakukan peneliti.
B. Teknik Analisis Data
Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah secara kuantitatif dan kualitatif.
1. Teknik Kuantitatif
Analisis data tes secara kuantitaif dihitung dengan cara persentasi melalui langkah-langkah: (1) merekap nilai yang diperoleh siswa, (2) menghitung nilai komulatif, (3) menghitung nilai rata-rata, dan (4) menghitung persentasi.
Rumus nilai persentasinya adalah NP= NK x 100%
R
Keterangan:
NP : Nilai Persentasi
NK : Nilai Komulatif
R : Jumlah Responden
Hasil perhitungan persentasi keterampilan menyimak dongeng siswa dari hasil tes siklus I dan siklus II dibandingkan. Hasil dari perbandingan tersebut, akan dapat diketahui mengenai peningkatan keterampilan menyimak dongeng dengan pendekatan integratif melalui teknik dengar-cerita.
2. Teknik Kualitatif
Teknik kualitatif untuk memberi gambaran perubahan perilaku siswa dalam pembelajaran keterampilan menyimak dongeng dengan pendekatan integratif melalui teknik dengar-cerita dan mengacu pada data nontes yang berupa observasi, wawancara, jurnal, dan dokumentasi.
Data yang diperoleh dari siklus I dan siklus II dibandingkan dengan cara melihat hasil tes dan nontes, sehingga akan dapat diketahui adanya perubahan perilaku siswa dan peningkatan dalam pembelajaran menyimak dongeng dengan pendekatan integratif melalui teknik dengar-cerita.Artikel Terkait:
Label:
Karya Ilmiah
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Label
- Catatan Kecilku (1)
- Dunia Keluarga (5)
- Dunia Remaja (2)
- Karya Ilmiah (5)
- Kebahasaan (26)
- Kesastraan (10)
- Kumpulan Makalah (10)
- Manajemen Qalbu (13)
- Materi Pramuka (18)
- Pembelajaran (6)
- Riyadhus Shalihin (4)
Subscribe Via Email
About Me
- Hasanudin
- Ketidaksempurnaan adalah hakiki insan Tuhan. Menjadikan lebih sempurna adalah kewajiban Insan terhadap Tuhan, dengan iman dan takwa kepada-Nya. Sebagai seorang insan kita wajib menghargai ketidaksempurnaan sesama.
Followers
Blog Archive
-
▼
2011
(100)
-
▼
Maret
(32)
- Pernyataan Cinta
- Contoh Proposal Penelitian Skripsi
- Aplikasi Retorika
- Alat Sukses Bernama Belajar
- Pidato Seorang Maha Siswa di Makam Pahlawan
- April Menangis
- Munafik
- Bahasa Terancam Punah: Fakta, Sebab-Musabab, Gejal...
- Definisi, Macam-macam Drama
- Pembagian Tugas dalam Pementasan (Drama)
- Tanya Jawab seputar Kurikulum
- Kode Kehormatan dalam Pramua
- Pandangan Sosiolinguistik terhadap Bahasa
- Contoh Proposal Penelitian Skripsi
- Contoh Proposal Penelitian Skripsi
- Metode Kepramukaan sebagai Suatu Sistem
- Prinsip Dasar Kepramukaan
- Pemahaman terhadap Pembangunan dan Prinsip Dasar E...
- Pendidikan Dalam Kepramukaan
- Hakikat Kepramukaan
- Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Gerakan P...
- Bagaimana menjadi Anggota Pramuka?
- Perkembangan dan Ciri-ciri Perkembangan Peserta Didik
- Penerapan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)
- Sejarah Perkembangan Teori Ekonomi
- Kode Kehormatan Pramuka
- Pengaruh Manajemen Berbasis Sekolah terhadap Wewen...
- Hakikat,Ciri, dan Jenis Kewirausahaan
- Aktualisasi Ekonomi dalam Pendidikan
- Jenis-jenis Kosa kata
- Jenis-jenis Penguasaan Kosa kata
- Pegertian Kosakata
-
▼
Maret
(32)
0 komentar:
Posting Komentar
Tambahkan Komentar Anda