BAB 1
PENDAHULUAN

 
  1. Latar Belakang
Bahasa memiliki peranan penting dalam kehidupan, karena selain digunakan sebagai alat komunikasi secara langsung, bahasa juga dapat digunakan sebagai alat komunikasi secara tulisan, di zaman era globalisasi dan pembangunan reformasi demokrasi ini, masyarakat dituntut secara aktif untuk dapat mengawasi dan memahami infrormasi di segala aspek kehidupan sosial secara baik dan benar, sebagai bahan pendukung kelengkapan tersebut, bahasa berfungsi sebagai media penyampaian informasi secara baik dan tepat, dengan penyampaian berita atau materi secara tertulis, diharapkan masyarakat dapat menggunakan media tersebut secara baik dan benar. Dalam memadukan satu kesepakatan dalam etika berbahasa, disinilah peran aturan baku tersebut di gunakan, dalam hal ini kita selaku warga Negara yang baik hendaknya selalu memperhatikan rambu-rambu ketata bahasaan Indonesia yang baik dan benar. Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) adalah sub. materi dalam ketata bahasaan Indonesia, yang memilik peran yang cukup besar dalam mengatur etika berbahasa secara tertulis sehingga diharapkan informasi tersebut dapat di sampaikan dan di fahami secara komprehensif dan terarah. Dalam prakteknya diharapkan aturan tersebut dapat digunakan dalam keseharian Masyarakat sehingga proses penggunaan tata bahasa Indonesia dapat digunakan secara baik dan benar.

  
Tujuan
  1. Tujuan penulis menyusun makalah ini yaitu :
  • Memahami Konsep EYD
  • Ruang Lingkup EYD
  • Penulisan Huruf Kapital dan Huruf Miring 
  • Penulisan Kata 


BAB II
PEMBAHASAN

Pengertian 
Ejaan adalah seperangkat aturan tentang cara menuliskan bahasa dengan menggunakan huruf, Kata, dan tanda baca sebagai sarananya. Batasan tersebut menunjukan pengertian kata ejaan berbeda dengan kata mengeja. Mengeja adalah kegiatan melafalkan huruf, suku kata, atau kata; sedangkan ejaan adalah suatu sistem aturan yang jauh lebih luas dari sekedar masalah pelafalan. Ejaan mengatur keseluruhan cara menuliskan bahasa.
Ejaan merupakan kaidah yang harus dipatuhi oleh pemakai bahasa demi keteraturan dan keseragaman bentuk, terutama dalam bahasa tulis. Keteraturan bentuk akan berimplikasi pada ketepatan dan kejelasan makna. Ibarat sedang mengemudi kendaraan, ejaan adalah rambu lalu lintas yang harus dipatuhi oleh setiap pengemudi. Jika para pengemudi mematuhi rambu-rambu yang ada, terciptalah lalu lintas yang tertib dan teratur. Seperti itulah kira-kira bentuk hubungan antara pemakai bahasa dengan ejaan.
Ejaan yang berlaku sekarang dinamakan Ejaan yang disempurnakan (EYD). EYD muali diberlakukan pada tanggal 16 Agustus 1972. Ejaan ketiga dalam sejarah bahasa Indonesia ini memang merupakan upaya penyempurnaan ejaan sebelumnya yang sudah dipakai selama dua puluh lima tahun yang dikenal dengan Ejaan Republik atau Ejaan Soewandi (Menteri PP dan K Republik Indonesia pada saat Ejaan itu diresmikan pada tahun 1947).
Ejaan pertama bahasa Indonesia adalah Ejaan van Ophuijsen (nama seorang guru besar belanda yang juga pemerhati bahasa), diberlakukan pada tahun 1901 oleh pemerintah Belanda yang berkuasa di Indonesia pada masa itu. Ejaan van Ophuijsen dipakai selama 46 tahun, lebih lama dari Ejaan Republik, dan baru diganti setelah dua tahun Indonesia merdeka.
Untuk sekedar memperoleh gambaran tentang ejaan yang pernah berlaku pada masa lalu itu dan sekaligus untuk membandingkannya dengan ejaan sekarang, perhtaikan pemakaian huruf dan kata-kata yang ditulis dengan ketiga macam ejaan itu seperti berikut ini.

 
PERUBAHAN PEMAKAIAN HURUF
DALAM TIGA EJAAN BAHASA INDONESIA 
Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) 
(mulai 16 Agustus 1972) 
Ejaan Republik 
(Ejaan Soewandi)
(1947-1972) 
Ejaan Van Ophuijsen
(1901-1947) 
khusus
Jumat
yakni
chusus
Djum'at
Jakni
choesoes
Djoem'at
ja'ni

 
  1. Ruang Lingkup Ejaan yang Disempurnakan (EYD)
    Ruang lingkup EYD mencakupi lima aspek, yaitu (1) pemakaian huruf, (2) penulisan huruf, (3) penulisan kata, (4) penulisan unsur serapan, dan (5) pemakaian tanda baca.
  1. Pemakaian huruf membicarakan masalah yang mendasar dari suatu bahasa, yaitu
    1. abjad                (4) pemenggalan    
    2. vokal                (5) nama diri,        
    3. konsonan
  2. Penulisan huruf membicarakan beberapa perubahan huruf dari ejaan sebelumnya yang meliputi
    1. huruf kapital 
    2. huruf miring
  3. Penulisan kata membicarakan bidang morfologi dengan segala bentuk dan jenisnya berupa 
    1. kata dasar                (6) kata depan dike, dan dari
    2. kata turunan                (7) kata sandang si, dan sang
    3. kata ulang                (8) partikel 
    4. gabungan kata            (9) singkatan dan akronim
    5. kata ganti kaukumu, dan nya    (10) angka dan lambang bilangan.
  4. Penulisan unsur serapan membicarakan kaidah cara penulisan unsur serapan, terutama kosakata yang berasal dari bahasa asing.
  5. Pemakaian tanda baca (pugtuasi) membicarakan teknik penerapan kelima belas tanda baca dalam penulisan. Tanda baca itu adalah 
    1. Tanda titik (.)                (9) tanda seru (!)
    2. Tanda koma (,)            (10) tanda kurung ((…))
    3. Tanda titik koma (;)            (11) tanda kurung siku ([ ])
    4. Tanda titik dua (:)            (12) tanda petik ganda ("…")    
    5. Tanda hubung (-)            (13) tanda petik tunggal ('…')
    6. Tanda pisah (--)            (14) tanda garis miring (/)
    7. Tanda elipsis (…)             (15) tanda penyingkat (') 
    8. Tanda tanya (?)

     
  1. Pemakaian Huruf 
    1. Abjad, Vokal dan Konsonan
      Abjad bahasa Indonesia menggunakan 26 huruf sebagai berikut. Perhatikan lafal setiap huruf.

 
Huruf 
Lafal 
Huruf 
Lafal 
Huruf 
Lafal 
Aa 
[a]
Jj 
[je] 
Ss 
[es] 
Bb 
[be] 
Kk 
[k] 
Tt  
[te] 
Cc  
[ce] 
Ll  
[el] 
Uu  
[u] 
Dd  
[de] 
Mm 
[em] 
Vv  
[fe] 
Ee  
[e] 
Nn  
[en] 
Ww  
[we] 
Ff
[ef]
Oo
[o]
Xx
[eks]
Gg 
[ge] 
Pp 
[pe] 
Yy  
[ye[ 
Hh 
[ha] 
Qq 
[ki] 
Zz 
[zet] 
Ii 
[i] 
Rr 
[er] 



 
Dalam abjad itu terdapat lima huruf vokal (v), yaitu a,i,u,e,o sisanya adalah konsonan (k) sebanyak 21 huruf. Disamping 26 huruf itu, dalam bahasa Indonesia juga digunakan gabungan konsonan (diagraf) sebanyak empat pasang :
kh    seperti dalam kata     khusus, akhir
ng    seperti dalam kata    ngilu, bangun
ny    seperti dalam kata     nyata, anyam
sy     seperti dalam kata     syair, asyik
setiap pasangan itu menghasilkan satu fonem atau satu bunyi yang dapat membedakan arti. Karena itu, kh,ng,ny,sy masing-masing dihitung sebagai satu k (konsonan).
Contoh :
    akhir      = vkvk        ngilu    = kvkv
    anyam = vkvk            syair    = kvkv
Dalam uraian diatas v-k di atas terlihat meskipun jumlah huruf dalam setiap kata ada lima, namun jumlah v dan k untuk setiap kata hanya empat.
    Selain gabungan dua konsonan, ada pula gabungan dua vokal yang berurutan-harus dalam satu suku kata-menciptakan bunyi luncuran (bunyi yang berubah kualitasnya) yang berbeda dengan lafal aslinya. Perhatikan contoh dibawah ini.

 
Huruf diftong 
Contoh pemakaian dalam kata 
Di Awal 
Di Tengah 
Di Akhir 
Ai
ain
Syaitan
Pandai
Au
aula
Saudara
harimau
Oi
- 
boikot
amboi

 
Jika vokal berurutan ai, au, dan oi terdapat dalam kata yang pelafalannya persis sama dengan huruf aslinya, vokal beruntun itu bukan diftong. Contoh ai, au, dan oi yang bukan diftong adalah yang terdapat dalam kata berikut.
    mulai        dilafalkan     [mulai]        bukan     [mulay]
    namai        dilafalkan     [namai]    bukan     [namay]
    bau         dilafalkan     [bau]        bukan     [baw]
    mau         dilafalkan     [mau]        bukan     [maw]    

 
    dengan berpedoman pada EYD, khususnya cara pelafalan huruf hendaknya mengikuti aturan yang sudah dibakukan. Untuk membaca singkatan kata (termasuk kata asing selain akronim) yang dibaca huruf demi huruf, jika penutur sedang berbahasa Indonesia, pelafalannya harus sesuai dengan lafal huruf bahasa Indonesia.

 
Singkatan
Lafal yang benar 
Lafal yang salah 
AC 
[a-ce] 
[a-se] 
ACC 
[a-ce-ce] 
[a-se-se] 
CV 
[ce-fe] 
[se-fe], [si-fi] 
MTQ 
[em-te-ki] 
[em-te-kyu] 
RCTI 
[er-ce-te-i] 
[er-se-te-i] 
TV 
[te-fe] 
[ti-fi] 
TVRI 
[te-fe-er-i] 
[te-fi-er-i] 
WC 
[we-ce] 
[we-se] 

 
Jika seseorang sedang berbahasa asing, misalnya bahasa Inggris, lafal huruf dalam singkatan itu harus mengikuti aturan pelafalan bahasa Inggris. Demikian juga jika singkatan itu hendak dilafalkan dalam bahasa asing lainnya.
  1. Pemenggalan Kata 
    1. Pemenggalan kata pada kata dasar dilakukan sebagai berikut.
      1. Jika ditengah kata ada vokal yang berurutan, pemenggalan itu dilakukan diantara kedua huruf vokal itu.
        Misalnya : ma-in, sa-at, bu-ah.
        Huruf diftong ai, au, dan oi tidak pernah diceraikan sehingga pemenggalan kata tidak dilakukan di antara kedua huruf itu.
        Misalnya : 
        au-la         bukan         a-u-la
        sau-da-ra     bukan         sa-u-da-r-a    
        am-boi    bukan         am-bo-i

      2. Jika di tengah kata ada huruf konsonan, termasuk gabungan huruf konsonan, di antara dua buah huruf vokal, pemenggalan dilakukan sebelum huruf konsonan.
        Misalnya :
        ba-pak, ba-rang, su-lit, la-wan, de-ngan, ke-nyang, mu-ta-khir.
      3. Jika ditengah kata ada dua huruf konsonan yang berurutan, pemenggalan dilakukan di antara kedua huruf konsonan itu. Gabungan huruf konsonan tidak pernah diceraikan.
        Misalnya :
        man-di, som-bong, swas-ta, cap-lok, Ap-ril, bang-sa, makhluk
      4. Jika di tengah kata ada tiga buah huruf konsonan atau lebih, pemenggalan dilakukan di antara huruf konsonan yang pertama dan huruf konsonan yang kedua.
        misalnya :
        in-stru-men, ul-tra, in-fra, bang-krut, ben-trok, ikh-las
    2. Imbuhan akhiran dan imbuhan awalan, termasuk awalan yang mengalami perubahan bentuk serta partikel yang biasanya ditulis serangkai dengan kata dasarnya, dapat dipenggal pada pergantian baris.
      misalnya :
      Makan-an, me-rasa-kan, mem-bantu, pergi-lah
      catatan :
      1. Bentuk dasar pada kata turunan sedapat-dapatnya tidak dipenggal.
      2. Akhiran -i tidak dipenggal. (lihat juga keterangan tentang tanda hubung, Bab V, pasal E, ayat 1 )
      3. Pada kata yang berimbuhan sisipan, pemenggalan kata dilakukan sebagai berikut.
        misalnya : te-lun-juk, si-nam-bung, ge-li-gi
    3. Jika suatu kata terdiri dari atas lebih dari satu unsur dan salah satu unsur itu dapat bergabung dengan unsur lain, pemenggalan dapat dilakukan (1) di antara unsur-unsur itu atau (2) pada unsur gabungan itu sesuai dengan kaidah 1a,1b,1c dan 1d di atas.
      misalnya :
      bio-grafi, bi-o-gra-fi                
      foto-grafi, fo-to-gra-fi
      intro-speksi, in-tro-spek-si

  2. Nama Diri 
    Cara penulisan nama diri (nama orang, lembaga, tempat, jalan, sungai, gunung, dan nama lainnya) harus mengikuti EYD, kecuali jika ada pertimbangan khusus yang menyangkut segi adat, hukum, atau sejarah.
Contoh pemakaian biasa :
    Rumahnya di Jalan Pajajaran No.5.
    Ia berkantor di Jalan Budi Utomo.
Contoh pemakaian dengan pertimbangan khusus :
    Pamanku dosen Institut Agama Islam Banten, Serang 
    Perkumpulan Boedi Oetomo didirikan pada tahun 1908.
Untuk penggunaan huruf berlaku ketentuan khusus sebagai berikut.
  1. Untuk penulisan nama diri, unsur kimia, istilah ilmu pengetahuan, dan lambang dalam matematika, lambang huruf yang dipakai adalah x
    Misalnya ;
        Alex, Mexico, Texas (nama diri)
        Xenon, xantat (nama unsur kimia)
        Sinar-x, (istilah ilmu pengetahuan )
        X1, x2, (lambang dalam matematika)
  2. Untuk penulisan kata-kata biasa yang bukan nama diri, lambang huruf yang dipakai adalah ks. Perhatikan penulisan dibawah ini.
Penulisan yang salah 
Penulisan yang benar 
export
extra
complex
taxi
telex 
ekspor
ekstra
kompleks
taksi
teleks  

 
Selain ketentuan diatas, untuk menulis nama orang berlaku ketentuan khusus. Penulisan nama seseorang harus mengikuti kebiasaan orang yang empunya nama kendatipun hasil penulisannya menyalahi EYD. Karena itulah ketentuannya disebut ketentuan khusus. Betapa tidak, untuk menulis nama orang yang diafalkannya [yudi], penulisannya bisa lebih dari sepuluh macam dan semuanya sah adanya, yaitu
  1. Judi        (5) Yudi        (9) Yoedi 
  2. Judie        (6) Yudy        (10) Yoedhy
  3. Judy        (7) Yudhi        (11) Yoedhie 
  4. Judhy        (8) Yudhie        (12) Yoedy
Cukup banyak orang disekitar kita yang mengalami era ejaan lama (Ejaan van Ophuijsen dan Ejaan Republik) dan sudah dewasa pada waktu EYD diberlakukan, tetap menulis namanya memakai ejaan lama karena alasan yang bersifat pribadi. Kita memang harus menghormati hak asasi setia idividu dalam urusan penulisan nama, yaitu dengan cara menuliskan nama seseorang seperti yang dikehendakinya. Penulisannya seperti contoh kasus Yudi tadi; mungkin dengan menggunakan ejaan yang pernah berlaku bagi bahasa Indonesia seperti contoh dibawah ini.

 
Ejaan van Ophuijsen 
Ejaan Republik 
EYD
Soehardjo 
Suhardjo 
Suharjo 
Abdoellah Tjoet 
Abdullah Tjut 
Abdullah Cut 
Bagdja Waloeja Djati  
Bagja Waluja Djati  
Bagja Waluya Jati  
Djoni Hoetasoehoet 
Djoni Hutasuhut 
Joni Hutasuhut 
Nji Ajoe Soenji 
Nji Aju Sunji  
Nyi Ayu Sunyi 

 
    Walaupun diatas telah dinyatakan tentang ketentuan khusus yang memberi keistimewaan menulis nama menurut selera pribadi, namun hendaknya menulis nama harus mengikuti ejaan yang berlaku, sehingga kesalahan pelafalan huruf untuk nama tidak akan terjadi, yang akan terjadi justru ketertiban dalam menulis dan membaca nama.

 
  1. Penulisan Huruf 
    1. Huruf Kapital atau Huruf Besar 
    2. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama pada awal kalimat.
      Misalnya : 
  • Selain buku juga penggaris yang dijual
  • Dia hendak ke Sumatera
  1. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama petikan langsung.
    Misalnya :
  • "Ibu bertanya" 
  • "Kapan Anton pergi"
  1. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama dalam ungkapan yang berhubungan dengan nama Tuhan, nama agama, dan kitab suci; termasuk kata ganti untuk Tuhan. 
    Misalnya :
  • Allah                - Tuhan Yesus
  • Sang Pencipta             - Maha Kuasa 
  • Kepada-Mulah            - Yang Maha Agung
  1. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama gelar kehormatan, keturunan, dan keagamaan yang di ikuti dengan nama orang.
    Misalnya :
  • Haji Agus Salim bedakan : ia pergi naik haji 
  • Mahaputra Yamin 
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama gelar kehormatan, keturunan, dan keagamaan yang tidak diikuti nama orang.
Misalnya :
  • Dia baru saja diangkat menjadi sultan
  • Tahun ini dia pergi naik haji
  1. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama, jabatan, pangkat yang diikuti nama orang atau yang dipakai sebagai pengganti nama orang tertentu, nama instansi, atau nama tempat.
    Misalnya :
  • Gubernur Imam Utomo        - Wakil Presiden 
  • Ir. Hari Haryono            - Nyonya Atin Suharti 
  • Jakarta                - Jl. Serayu
Huruf kapital tidak dipakai sebagai hurup pertama nama jabatan dan pangkat yang tidak diikuti nama orang, atau nama tempat.
Misalnya :
  • Siapa gubernur yang baru dilantik itu
  • Kemarin Brigadir Jenderal Ahmad dilantik menjadi mayor jenderal.
  1. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur-unsur nama orang.
    Misalnya :
  • Bibit Slamet Riyanto
            - Syamsul Hidayat
  • Chandra Hamzah            - Ues Kurni
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama orang yang digunakan sebagai nama jenis atau satuan ukuran.
Misalnya :
  • mesin diesel            - 5 ampere
  • 10 volt
  1. Huruf kapital dipaka sebagai huruf pertama nama bangsa, suku bangsa, dan bahasa.
    Misalnya :
  • bangsa Indonesia             - bahasa Inggris 
  • suku Sunda            - bahasa Jepang
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku bangsa, dan bahasa yang dipakai sebagai bentuk dasar kata turunan.
Misalnya :
  • mengindonesiakan kata asing
  • keinggris-inggrisan
  1. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama tahun, bulan, hari, hari raya, dan peristiwa sejarah.

     
    Misalnya :
  • bulan September            - hari Natal 
  • bulan Maulid             - Perang Badar
  • hari Galungan             - tahun Hijriah 
  • hari Jumat                - tarikh Masehi 
  • hari Lebaran            - Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama peristiwa sejarah yang tidak dipakai sebagai nama. 
Misalnya :
  • Soekarno dan Hatta memproklamasikan kemerdekaan bangsanya.
  • Perlombaan senjata membawa risiko pecahnya perang dunia.
  1. Huruf kapital dipakai sebagai nama geografi;
    Misalnya :
  • Laut Jawa                 - Selat Sunda
  • Asia Tenggara             - Teluk Jakarta 
  • Serang                 - Danau Toba 
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama istilah geografi yang tidak dipakai menjadi unsur nama diri.
Misalnya :
  • berlayar ke teluk            - menyeberangi selat    
  • mandi di kali             - pergi ke arah tenggara 
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama geografi yang dipakai sebagai nama jenis. 
Misalnya :
  • garam inggris            - pisang ambon 
  • gula jawa                 - kacang bogor
  1. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua unsur nama negara, lembaga pemerintahan dan ketatanegaraan, serta nama dokumen resmi kecuali kata seperti dan.
    Misalnya :
  • Republik Indonesia
  • Mejelis Permusyawaratan Rakyat 
  • Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
  • Badan Kesejahteraan Ibu dan Anak
  • Keputusan Presiden Republik Indonesia, Nomor 57, Tahun 1972 
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama kata yang bukan resmi negara, lembaga pemerintahan dan ketatanegaraan, badan serta nama dokumen resmi.
Misalnya :
  • menjadi sebuah republik        - kerjasama antara pemerintah dan rakyat
  • beberapa badan hukum        - menurut undang-undang yang berlaku
  1. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama setiap unsur bentuk ulang sempurna yang terdapat pada nama badan, lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, serta dokumen resmi.
    Misalnya :
  • Perserikatan Bangsa Bangsa    - Undang-Undang Dasar Republik Indonesia 
  • Yayasan Ilmu-Ilmu Sosial     - Rancangan Undang-Undang 
  1. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua kata (termasuk semua unsur kata ulang sempurna) didalam nama buku, majalah, surat kabar, dan judul karangan kecuali kata seperti di,
    ke,
    daridan, yang dan untuk yang tidak terletak apda posisi awal.
  • Saya telah membaca buku Dari Ave Maria ke Jalan Lain ke Roma.
  • Bacalah majalah Sastra dan Bahasa.
  • Dia adalah agen surat kabar Sinar Pembangunan.
  • Ia menyelesaikan makalah "Asas-Asas Hukum Perdata"
  1. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur singkatan nama gelar, pangkat, dan sapaan.
    Misalnya :
  • Dr.        = doktor         M.A.        = master of art
  • S.H.    = sarjana hukum        S.S    = sarjana sastra 
  • Tn        = tuan                 Ny    = nyonya
  • Prof    = profesor            Sdr    = saudara
  1. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata petunjuk hubungan kekerabatan seperti bapak, ibu, saudara, kakak, adik, dan paman yang dipakai dalam penyapaan dan pengacuaan.
    Misalnya :
    "Kapan Bapak berangkat?" tanya Harto.
    Adik bertanya "itu apa, Bu?"
    Surat Saudara sudah saya terima.
    "Silakan duduk, Dik!" kata ucok.
    Besok Paman akan datang.
    Mereka akan pergi kerumah Pak Camat.
    Para ibu mengunjungi Ibu Hasan.
    Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan kekerabatan yang tidak dipakai dalam pengacuan atau penyapaan.

     
    Misalnya :
    Kita harus menghormati bapak dan ibu kita.
    Semua kakak dan adik saya sudah berkeluarga. 
  2. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata ganti anda.
    Sudahkah Anda tahu ?
    Surat Anda telah kami terima.

  3. Huruf Miring 
  4. Huruf Miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan nama buku, majalah, dan surat kabar yang dikutip dalam tulisan.
    Misalnya :
    majalah Bahasa dan Kesusatraan 
    buku Negarakertagama karangan Prapanca
    surat kabar Suara Karya
  5. Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menegaskan atau mengkhususkan huruf, bagian kata, kata, atau kelompok kata.
    Misalnya :
    Huruf pertama kata abad ialah a.
    Dia bukan menipu tapi ditipu.
    Bab ini tidak membicarakan penulisan huruf kapital.
    Buatlah kalimat dengan kata berlepas tangan.
  6. Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan kata nama ilmiah atau ungkapan asing kecuali yang telah disesuaikan ejaannya.
    Misalnya :
    Nama ilmiah buah manggis adalah Garcinia mangostana
    Politik divide et impera pernah merajalela dinegeri ini.
    Weltanschauung antara lain diterjemahkan menjadi 'pandangan dunia'.
    Akan tetapi, perhatikan penulisan berikut :
    Negara itu telah megalami beberapa kali kudeta ( dari coup d'etat ).
    Catatan : 
Dalam tulisan tangan atau ketikan, huruf atau kata yang akan dicetak miring diberi satu garis dibawahnya.

  1. Penulisan Kata
    1. Kata dasar
    Kata yang berupa kata dasar ditulis sebagai satu kesatuan.
Misalnya :
Kantor pos sangai ramai.        (Kedua kalimat ini dibangun
Buku itu sudah saya baca.         dengan gabungan kata dasar)

  1. Kata Turunan
    1. Imbuhan (awalan, sisipan, akhiran) ditulis serangkai dengan kata dasarnya.
      Misalnya :
              Bergerigi     ketetapan         sentuhan
              Gemetar    mempertanyakan     terhapus
    2. Jika bentuk dasar berupa gabungan kata,awalan atau akhiran ditulis serangkai dengan kata yang langsung mengikuti atau mendahului.
      Misalnya :
              Diberi tahu, beritahukan
              Bertanda tangan, tanda tangani 
              Berlipat ganda, lipat gandakan 
    3. Jika bentuk dasar yang berupa gabungan kata mendapat awalan dan akhiran sekaligus, unsur gabungan kata itu ditulis serangkai.
      Misalnya :
              Memberitahukan
              Ditandatangani
              Melipatgandakan

  1. Bentuk Ulang dan Kata Ulang 
    Bentuk ulang dan kata ulang ditulis secara lengkap dengan menggunakan kata tanda hubung.
    Misalnya :
    Anak-anak, berjalan-jalan, biri-biri, buku-buku, dibesar-besarkan, gerak-gerik, huru-hara, kupu-kupu, laba-laba, lauk-pauk.

  2. Gabungan Kata 
    1. Gabungan kata yang lazim disebut kata majemuk, termasuk istilah khusus, unsur-unsurnya ditulis terpisah.
      Misalnya :
      duta besar, kerja sama, kereta api cepat, meja tulis, orang tua, rumah sakit, terima kasih, mata kuliah.
    2. Gabungan kata, termasuk istilah khusus yang mungkin menimbulkan salah pengertian dapat ditulis dengan tanda hubung untuk menegaskan pertalian unsur yang berkaitan.
      Misalnya : 
      alat pandang-dengar (audio-visual aid), anak, istri, saya (keluarga), buku sejarah baru (sejarahnya yang baru), ibu-bapak (orang tua), oarang-tua muda (ayah ibu muda), kaki-tangan penguasa (alat penguasa)
    3. Gabungan kata berikut ditulis serangkai karena hubungannya sudah sangat padu sehingga tidak dirasakan lagi sebagai dua kata.
      Misalnya :
      acapkali, apabila, bagaimana, barangkali, bagaimana, barangkali, beasiswa, belasungkawa, bumiputera, daripada, darmabakti, halal-bihalal, kacamata, kilometer, manakala, matahari, olahraga, radioaktif, saputangan
    4. Jika salah satu unsur gabungan kata hanya dipakai dalam kombinasi, gabungan kata itu ditulis serangakai.
      Misalnya :
      Adibusana, anatakota, biokimia, caturtunggal, dasawarsa, inkonvensional, konposer, mahasiswa, mancanegara, multilateral, narapidana, nonkolesterol, neokolonialisme paripurna, prasangka, purnawirawan, tunawisma
      Jika bentuk terikat oleh kata yang huruf awalnya kapital, diantara kedua unsur kata itu dituliskan tanda hubung (-).
      Misalnya : 
              non-Asia        neo-Nazi

       
  3. Kata Ganti ku,
    kau,
    mu, dan nya
Kata ganti ku dan kau sebagai bentuk sigkat dari kata aku dan engkau, ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya.
aku    …..    = aku bawa, aku ambil
ku    …..    = kubawa, kuambil
engkau    …..    = engkau bawa, engkau ambil
kau     …..    = kaubawa, kauambil     

Misalnya :
Bolehkah aku ambil jeruk ini satu ?
Kalau mau, boleh engkau baca buku itu.
Akan tetapi, perhatikan penulisan berikut ini.
        Bolehkah kuambil jeruk ini satu?
        Kalau mau, boleh kaubaca buku itu.
Kata ganti ku dan mu sebagai bentuk singkat dari aku dan kamu, ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya.
…..    kamu        = sepeda kamu
………mu        = sepedamu
…..    aku        = rumah aku
………ku        = rumahku    
    Kata ganti nya selalu ditulis dengan kata yang mendahului.
            ………nya        = bukunya
    Misalnya :
            Bolehkah aku pakai sepeda kamu sebentar?
            Sepedamu lebih kokoh dari sepedaku.
            Gadis ayu itu tinggal didepan rumahku.
            Eva sedang menyampul bukunya.
  1. Kata Depan di,
    ke, dan dari
    Kata depan di,
    ke, dan dari ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya, kecuali didalam gabungan kata yang sudah dianggap sebagai satu kata seperti kepada dan daripada.
    Misalnya :
            Tinggalah bersama saya di sini.
            Di mana orang tuamu?
            Saya sudah makan di restoran.
            Ibuku sedang ke luar kota.
            Ia pantas tampil ke depan
            Duduklah dulu, saya mau ke dalam sebentar.
            Bram berasal dari keluarga terpelajar.

    Akan tetapi, perhatikan penulisan yang berikut.
            Kinerja Lely lebih baik daripada Tuti.
            Kami percaya kepada Anda        
  1. Kata Sandang si dan sang
Kata si dan sang ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya.
Misalnya :
        
Salah 
Benar 
Sikecil 
Si kecil 
Sipemalu  
Si pemalu 
Sangdiktator  
Sang diktator
Sangkancil  
Sang kancil  
  1. Partikel
    1. Partikel -lah dan -kah ditulis serangkai dengan kata yang mendahulinya.
      Misalnya :
              Bacalah peraturan ini sampai tuntas.
              Siapakah tokoh yang menentukan radium?
    2. Partikel pun ditulis terpisah dari kata yang mendahuluinya.
      Misalnya :
              Apa pun yang dikatakannya, aku tetap tak percaya.
              Hendak makan pun lauknya sudah habis.
              Satu kali pun Dedy belum pernah datang ke rumahku.
              Bukan hanya saya, melainkan dia pun turut serta.

       
      Catatan :
      Kelompok yang dianggap padu berikut ini ditulis serangkai, yaitu adapun, andaipun, bagaimanapun, biarpun, kalaupun, kendatipun, maupun, meskipun, sekalipun, sungguhpun, walaupun.
      Misalnya :
              Adapun sebab-musababnya sampai sekarang belum diketahui .
              Bagaimanapun juga akan dicobanya mengajukan permohonan itu.
              Baik para dosen maupun mahasiswa ikut menjadi anggota koperasi.
              Walaupun hari hujan, ia datang juga.

       
    3. Partikel per yang berarti 'demi' dan 'tiap' ditulis terpisah dari bagian kalimat yang mendahului atau mengikutinya.
      Misalnya :
              Mereka masuk kelas satu per satu. ('satu demi satu')
              Harga kain itu Rp 8.000,00 per meter ('tiap meter')

       
  2. Singkatan dan Akronim
    1. Singkatan adalah bentuk yang dipendekkan yang terdiri atas satu huruf atau lebih. Adapun aturan penulisannya adalah sebagai berikut.
      1. Setiap menyingkat satu kata, dipakai satu tanda titik.
        Misalnya :
                nomor        disingkat     no.         
                ibidem     disingkat     ibid.
                halaman     disingkat     hlm.
      2. Bila menyingkat dua kata, dipakai dua titik .
        Misalnya :
                loco citato    disingkat     loc. cit.
                opere citato    disingkta     op. cit.
                atas nama     disingkat     a.n.
        Akan tetapi, singkatan nama diri yang terbentuk dari gabungan huruf awal kata yang disingkat, ditulis tanpa titik.
        Misalnya :
                Perseroan Terbatas             disingkat     PT
            Perusahaan Dagang             disingkat     PD
        Comannditaire Venootschap     disingkat     CV
            Amerika Serikat             disingkat     AS
      3. Bila menyingkat tiga kata atau lebih, pada akhir singkatannya dipakai satu tanda titik.
        Misalnya :
                dan kawan-kawan     disingkat     dkk.
                yang akan datang    disingkat    yad.
                dan lain-lain         disingkat     dll.
                atas nama beliau     disingkat     anb.
        Akan tetapi singkatan nama diri yang terbentuk dari gabungan huruf awal kata yang disingkat, ditulis tanpa titik.
        Misalnya :
                BUMN     (Badan Usaha Milik Negara)
                DKI         (Daerah Khusus Ibukota)
                BPS         (Badan Pusat Statistik)
                RCTI         (Rajawali Citra Televisi Indonesia)
      4. Penulisan lambang kimia, singkatan satuan ukuran, takaran, timbangan, dan mata uang tidak di ikuti titik.
        Misalnya :
                Au        aurum
                TNT        trinitrotoleun
                cm        centimeter
                KVA        kilovolt-ampere
                Kg        kilogram
                Rp (5.000,00)    (lima ribu) rupiah
      1. Akronim ialah singkatan yang berupa gabungan huruf awal kata atau gabungan suku kata dari deret kata yang disingkat. Akronim dibaca diperlakukan sebagai kata. Ada tiga ketentuan dalam penulisan akronim.
        1. Akronim nama diri yang berupa gabungan huruf awal dari deret kata yang disingkat, seluruhnya ditulis dengan huruf kapital.
          Misalnya :
                  FISIP    (Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik)
                  ISPA    (Infeksi Salurana Pernafasan Atas)
        2. Akronim nama diri yang berupa gabungan suku kata atau gabungan huruf dan suku kata dari deret kata, huruf awalnya ditulis dengan huruf kapital dan tidak diakhiri oleh tanda titik.
          Misalnya :
                  Bappenas    (Badan Perencanaan Pembangunan Nasional) 
                  Kadin         (Kamar Dagang dan Industri)
                  Sespa        (Sekolah Staf dan Pemimpin Administrasi)
        3. Akronim yang bukan nama diri yang berupa gabungan huruf, suku kata, ataupun gabungan huruf dan suku kata dari deret kata yang disingkat, seluruhnya ditulis dengan huruf kecil (lower case).
          Misalnya :
                  radar        radio detecting and ranging 
                  rapim        rapat pimpinan
                  rudal        peluru kendali
  3. Angka dan Lambang Bilangan 
    1. Angka dipakai untuk menyatakan lambang bilangan nomor. Dalam tulisan lazim digunakan angka Arab atau Romawi. 
      Misalnya :
              Angka Arab         : 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9
              Angka Romawi     : I, II, III, IV, V, VI, VII, VIII, IX, X
                           L (50), C (100), D (500), M (1000)
    2. Angka digunakan untuk menggunakan (i) ukuran panjang, berat, luas, dan isi (ii) satuan waktu, (iii) nilai uang, dan (iv) kuantitas.
      Misalnya :
              19 meter    4 ons        9 hektar    65 liter
              Pukul 15.30    10 detik    30 meenit    5 jam
              Rp 10.000,00    USS 3.50    500 Yen     Y500

       
    3. Angka dipakai untuk melambangkan nomor jalan, rumah, apartemen, atau kamar pada alamat.
      Misalnya :
              Jalan Sentosa III No. 152
              Rumah Susun Perumnas Klender, Blok F2, No. 10

       
    4. Angka digunakan juga untuk menomori bagian karangan dan ayat kitab suci.
      Misalnya :
              Bab X, Pasal 5, halaman 354
              Surat Annisa: 9 

       
    5. Penulisan lambang bilangan dengan huruf dilakukan sebagai berikut.
      1. Bilangan utuh
        Misalnya :
        Dua belas            12
                Dua puluh dua         22
                Dua ratus dua puluh dua     222
      2. Bilangan pecahan 
        Misalnya :
                Setengah         ½
                Tiga perempat        ¼
    6. Penulisan lambang bilangan tingkat dapat dilakukan dengan cara yang berikut.
Misalnya : 
            lihat Bab II, Pasal 5 dalam bab ke-2 buku itu

 
  1. Lambang bilangan pada awal kalimat ditulis dengan huruf. Jika perlu, susunan kalimat diubah sehingga susunan yang tidak dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata tidak terdapat pada awal kalimat.
    Misalnya : 
            Lima puluh orang tewas akibat bencana alam itu.
            Bukan : 50 orang tewas akibat bencana itu.
            Pak Yayat mengundang 500 orang tamu.
            Bukan : 500 orang tamu diundang Pak Yayat.
            


BAB III
PENUTUP 

 
Pada dasarnya masyarakat kita telah memahami penggunaan kaidah tata bahasa Indonesia yang baik dan benar, akan tetapi dalam pelaksanaannya seringkali masyarakat dihadapkan pada situasi dan kondisi berbahasa yang tidak mendukung, maksudnya ialah masyarakat masih enggan untuk mengikuti kaidah tata bahasa Indnesia yang baik dan benar dalam komunikasinya sehari-hari, masyarakat sering terdikte oleh aturan-aturan tata bahasa yang salah, sehingga bermula dari kesalahan-kesalahan tersebut dapat menjadi kesalahan yang sangat fatal dalam mengikuti aturan-aturan ketata bahasaan yang akhirnya kesalahan tersebut menjadi sebuah kebiasaan dan parahnya lagi hal tersebut menjadi membudaya dan di benarkan penggunaan dalam keseharian, untuk itu sudah menjadi kewajiban kita bersama untuk selalu mengingatkan kepada masyarakan untuk dapat menggunakan kaidah tata bahasa Indonesia yang baik dan benar, karena bagaimanapun bahasa memiliki peran penting dalam proses pembangunan karakter masyarakat dalam bangsa ini.

DAFTAR PUSTAKA 

 
Finoza, Lamuddin. 2008. Komposisi Bahasa Indonesia Untuk Mahasiswa Non Jurusan. Cetakan ke-16, revisi (3). Jakarta : Diksi Insan Mulia 
Waridah, Ernawati. 2008. EYD & Seputar Kebahasa-Indonesiaan. Jakarta. : KawanPustaka
Novia, Windi._____. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Surabaya: Kashiko Press

 

 


Artikel Terkait:


0 komentar:

Posting Komentar

Tambahkan Komentar Anda

Subscribe Via Email

catatan "Kang Hasan"

↑ Grab this Headline Animator

Enter your email address:

Delivered by FeedBurner

About Me

Foto Saya
Hasanudin
Ketidaksempurnaan adalah hakiki insan Tuhan. Menjadikan lebih sempurna adalah kewajiban Insan terhadap Tuhan, dengan iman dan takwa kepada-Nya. Sebagai seorang insan kita wajib menghargai ketidaksempurnaan sesama.
Lihat profil lengkapku

Followers

Sponsored by

Ekstra Link

Yahoo bot last visit powered by MyPagerank.Net Msn bot last visit powered by MyPagerank.Net Add to Google Reader or Homepage Text Back Links Exchanges Blog Tutorial Wordpress Blogger Blogspot Cara Membuat Blog Submit Your Site To The Web's Top 50 Search Engines for Free! Google PageRank Checker Powered by  MyPagerank.Net
Back To Top