Apakah Anda Seorang Guru yang Baik
1/21/2011 06:42:00 PM |
Diposkan oleh:
Hasanudin
Guru yang Baik dan Profesional
1. Guru Profesional
Profesi guru sangat identik dengan peran mendidik seperti membimbing, membina, mengasuh ataupun mengajar. Ibarat sebuah contoh lukisan yang akan ditiru oleh anak didiknya. Baik buruk hasil lukisan tersebut tergantung dari contonya. Guru (digugu dan ditiru) otomatis menjadi teladan. Melihat peran tersebut, sudah menjadi kemutlakan bahwa guru harus memiliki integritas dan personaliti yang baik dan benar. Hal ini sangat mendasar, karena tugas guru bukan hanya mengajar (transfer knowledge) tetapi juga menanamkan nilai - nilai dasar dari bangun karakter atau akhlak anak.
4. Memposisikan profesi guru sebagai The High Class Profesi
Di negeri ini sudah menjadi realitas umum guru bukan menjadi profesi yang berkelas baik secara sosial maupun ekonomi. Hal yang biasa, apabila menjadi Teller di sebuah Bank, lebih terlihat high class dibandingkan guru. jika ingin menposisikan profesi guru setara dengan profesi lainnya, mulai di blow up bahwa profesi guru strata atau derajat yang tinggi dan dihormati dalam masyarakat. Karena mengingat begitu fundamental peran guru bagi proses perubahan dan perbaikan di masyarakat.
Mungkin kita perlu berguru dari sebuah negara yang pernah porak poranda akibat perang. Namun kini telah menjelma menjadi negara maju yang memiliki tingkat kemajuan ekonomi dan teknologi yang sangat tinggi. Jepang merupakan contoh bijak untuk kita tiru. Setelah Jepang kalah dalam perang dunia kedua, dengan dibom atom dua kota besarnya, Hirohima dan Nagasaki, Jepang menghadapi masa krisis dan kritis kehidupan berbangsa dan bernegara yang sangat parah. Namun ditengah kehancuran akibat perang, ditengah ribuan orang tewas dan porandanya infrastruktur negaranya, Jepang berpikir cerdas untuk memulai dan keluar dari kehancuran perang. Jepang hanya butuh satu keyakinan, untuk bangkit. Berapa guru yang masih hidup...?
Hasilnya setelah berpuluh tahun berikut, semua orang terkesima dengan kemajuan yang dicapai Jepang. Dan tidak bisa dipungkiri, semua perubahan dan kemajuan yang dicapai, ada dibalik sosok Guru yang begitu dihormati dinegeri tersebut.
Kini, lihatlah Indonesia, negara yang sangat kurang respek dengan posisi guru. Negara yang kurang peduli dengan nasib guru. Kini lihatlah hasilnya. Apabila mengacu pada Human Index Development (HDI), Indonesia menjadi negara dengan kualias SDM yang memprihatinkan. Berdasarkan HDI tahun 2007, Indonesia berada diperingkat 107 dunia dari 177 negara. Bila dibandingkan dengan negara sekitar, tingkat HDI Indonesia jauh tertinggal.Contoh Malaysia berada diperingkat 63, Thailand 78, dan Singapura 25. Indonesia hanya lebih baik dari Papua Nugini dan Timor Leste yang berada diposisi 145 dan 150.
HDI merupakan potret tahunan untuk melihat perkembangan manusia di suatu negara. HDI adalah kumpulan penilaian dari 3 kategori, yakni kesehatan, pendidikan dan ekonomi. Menjadi jelaslah bahwa, sudah saatnya Indonesia menjadikan sektor pendidikan sebagai prioritas utama dalam program pembangunan. Apabilah hal ini tidak dibenahi, bukan hal mustahil daya saing dan kualitas manusia Indonesia akan lebih rendah dari negara yang baru saja merdeka seperti Vietnam atau Timor Leste.
5. Program Profesionalisme Guru
1. Guru Profesional
Apakah anda seorang guru? Bagaimanakah sikap anda menjadi seorang guru? Jawaban yang sangat simpel dan mudah diucapkan yaitu, "Ya". Mudah bukan menjawabnya?. Namun dari segi apa kita menjawab pertanyaan itu. Jika kita hanya menjawab dengan alasan karena jabatan kita, ya memang sangat mudah, namun apabila kita jawab dari hierarki maknanya tentu bukan hal yang mudah.
a. Guru
Guru merupakan sesosok manusia yang memang terpilih dan dipilih untuk memberikan dan mengeluarkan kemampuannya dalam hal mengubah sosok manusia laiain yang biasanya terjadi di beberapa lingkungan, seperti lingkungan formal, informal, dan nonformal. Lingkungan formal merupakan lingkungan yang sengaja dijadikan dan merupakan tempat resmi untuk meniru gurunya. Lingkungan ini seperti sekolah. Informal merupakan lingkungan yang terjadi di mana seseorang itu tumbuh dan tinggal, yaitu seperti di keluarga. Serta lingkungan nonformal merupakan lingkungan yang terjadi selain di sekolah dan di rumah yaitu di lingkungan masyarakat.
b. Profesional
Selanjutnya, apa arti profesional? Profesional (dari bahasa Inggris) berarti ahli, pakar, mumpuni dalam bidang yang digeluti. Menjadi profesional, berarti menjadi ahli dalam bidangnya. Dan seorang ahli, tentunya berkualitas dalam melaksanakan pekerjaannya. Akan tetapi tidak semua Ahli dapat menjadi berkualitas. Karena menjadi berkualitas bukan hanya persoalan ahli, tetapi juga menyangkut persoalan integritas dan personaliti. Dalam perspektif pengembangan sumber daya manusia, menjadi profesional adalah satu kesatuan antara konsep personaliti dan integritas yang dipadugadankan dengan skill atau keahliannya.
Dari pandangan-pandangan di atas, dapat kita simpulkan sebenarnya apa yang menjadi dasar seorang guru itu. Tentunya menjadi sesosok orang yang bekerja dan mampu menunjukkan dan memberikan sesuatu yang dimilikinnya (ilmu) kepada orang lain (siswa) yang dalam kinerjanya mengintegrasikan antara kemampuannya dengan sikapnya. Mengapa demikian? karena seorang guru itu merupakan seseorang yang bekerja yang mengharapkan nilai upah setelah selesai tugasnya. Tidaklah lazim di zaman sekarang ini jika ada guru yang masih belum mendapatkan upah hasil kerjanya, namun kebanyakan dari seorang guru itu hanya ingin mendapatkan upah saja tetapi lalai dalam melaksanakan atau menjalankan tugas tersebut. Hal ini lah yang harus dihindarkan dari sikap seorang guru yaitu dengan menanamkannya sifat dan sikap profesional.
2. Memiliki skill/keahlian dalam mendidik atau mengajar
Menjadi guru mungkin semua orang bisa. Tetapi menjadi guru yang memiliki keahlian dalam mendidikan atau mengajar perlu pendidikan, pelatihan dan jam terbang yang memadai. Dalam kontek diatas, untuk menjadi guru seperti yang dimaksud standar minimal yang harus dimiliki adalah:
Menjadi guru mungkin semua orang bisa. Tetapi menjadi guru yang memiliki keahlian dalam mendidikan atau mengajar perlu pendidikan, pelatihan dan jam terbang yang memadai. Dalam kontek diatas, untuk menjadi guru seperti yang dimaksud standar minimal yang harus dimiliki adalah:
- Memiliki kemampuan intelektual yang memadai
- Kemampuan memahami visi dan misi pendidikan
- Keahlian mentrasfer ilmu pengetahuan atau metodelogi pembelajaran
- Memahami konsep perkembangan anak/psikologi perkembangan
- Kemampuan mengorganisir dan problem solving
- Kreatif dan memiliki seni dalam mendidik
Profesi guru sangat identik dengan peran mendidik seperti membimbing, membina, mengasuh ataupun mengajar. Ibarat sebuah contoh lukisan yang akan ditiru oleh anak didiknya. Baik buruk hasil lukisan tersebut tergantung dari contonya. Guru (digugu dan ditiru) otomatis menjadi teladan. Melihat peran tersebut, sudah menjadi kemutlakan bahwa guru harus memiliki integritas dan personaliti yang baik dan benar. Hal ini sangat mendasar, karena tugas guru bukan hanya mengajar (transfer knowledge) tetapi juga menanamkan nilai - nilai dasar dari bangun karakter atau akhlak anak.
4. Memposisikan profesi guru sebagai The High Class Profesi
Di negeri ini sudah menjadi realitas umum guru bukan menjadi profesi yang berkelas baik secara sosial maupun ekonomi. Hal yang biasa, apabila menjadi Teller di sebuah Bank, lebih terlihat high class dibandingkan guru. jika ingin menposisikan profesi guru setara dengan profesi lainnya, mulai di blow up bahwa profesi guru strata atau derajat yang tinggi dan dihormati dalam masyarakat. Karena mengingat begitu fundamental peran guru bagi proses perubahan dan perbaikan di masyarakat.
Mungkin kita perlu berguru dari sebuah negara yang pernah porak poranda akibat perang. Namun kini telah menjelma menjadi negara maju yang memiliki tingkat kemajuan ekonomi dan teknologi yang sangat tinggi. Jepang merupakan contoh bijak untuk kita tiru. Setelah Jepang kalah dalam perang dunia kedua, dengan dibom atom dua kota besarnya, Hirohima dan Nagasaki, Jepang menghadapi masa krisis dan kritis kehidupan berbangsa dan bernegara yang sangat parah. Namun ditengah kehancuran akibat perang, ditengah ribuan orang tewas dan porandanya infrastruktur negaranya, Jepang berpikir cerdas untuk memulai dan keluar dari kehancuran perang. Jepang hanya butuh satu keyakinan, untuk bangkit. Berapa guru yang masih hidup...?
Hasilnya setelah berpuluh tahun berikut, semua orang terkesima dengan kemajuan yang dicapai Jepang. Dan tidak bisa dipungkiri, semua perubahan dan kemajuan yang dicapai, ada dibalik sosok Guru yang begitu dihormati dinegeri tersebut.
Kini, lihatlah Indonesia, negara yang sangat kurang respek dengan posisi guru. Negara yang kurang peduli dengan nasib guru. Kini lihatlah hasilnya. Apabila mengacu pada Human Index Development (HDI), Indonesia menjadi negara dengan kualias SDM yang memprihatinkan. Berdasarkan HDI tahun 2007, Indonesia berada diperingkat 107 dunia dari 177 negara. Bila dibandingkan dengan negara sekitar, tingkat HDI Indonesia jauh tertinggal.Contoh Malaysia berada diperingkat 63, Thailand 78, dan Singapura 25. Indonesia hanya lebih baik dari Papua Nugini dan Timor Leste yang berada diposisi 145 dan 150.
HDI merupakan potret tahunan untuk melihat perkembangan manusia di suatu negara. HDI adalah kumpulan penilaian dari 3 kategori, yakni kesehatan, pendidikan dan ekonomi. Menjadi jelaslah bahwa, sudah saatnya Indonesia menjadikan sektor pendidikan sebagai prioritas utama dalam program pembangunan. Apabilah hal ini tidak dibenahi, bukan hal mustahil daya saing dan kualitas manusia Indonesia akan lebih rendah dari negara yang baru saja merdeka seperti Vietnam atau Timor Leste.
5. Program Profesionalisme Guru
- Pola rekruitmen yang berstandar dan selektif
- Pelatihan yang terpadu, berjenjang dan berkesinambungan (long life eduction)
- Penyetaraan pendidikan dan membuat standarisasi mimimum pendidikan
- Pengembangan diri dan motivasi riset
- Pengayaan kreatifitas untuk menjadi guru karya (Guru yang bisa menjadi guru)
- Fasilitator program Pelatihan dan Pengembangan profesi
- Menciptakan jenjang karir yang fair dan terbuka
- Membangun manajemen dan sistem ketenagaan yang baku
- Membangun sistem kesejahteraan guru berbasis prestasi
Artikel Terkait:
Label:
Pembelajaran
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Label
- Catatan Kecilku (1)
- Dunia Keluarga (5)
- Dunia Remaja (2)
- Karya Ilmiah (5)
- Kebahasaan (26)
- Kesastraan (10)
- Kumpulan Makalah (10)
- Manajemen Qalbu (13)
- Materi Pramuka (18)
- Pembelajaran (6)
- Riyadhus Shalihin (4)
Subscribe Via Email
About Me
- Hasanudin
- Ketidaksempurnaan adalah hakiki insan Tuhan. Menjadikan lebih sempurna adalah kewajiban Insan terhadap Tuhan, dengan iman dan takwa kepada-Nya. Sebagai seorang insan kita wajib menghargai ketidaksempurnaan sesama.
Followers
Blog Archive
-
▼
2011
(100)
-
▼
Januari
(20)
- Pembelajaran Berbicara
- Faktor Penentu Keberhasilan Berbicara
- Bentuk, Perbedaan, Unsur Drama, dan Unsur Pementas...
- Prinsip Dasar dan Metodik Kepramukaan
- Metode Berbicara
- Jenis dan Pandangan terhadap Kegiatan Berbicara
- Tujuan Berbicara
- Definisi Berbicara
- Cracker Traffik (dua langkah meningkatkan traffik)
- Kelemahan Guru dalam Mengajar
- Tinjauan tentang Belajar
- Telaah Buku Teks
- Permasalahan Bahasa
- Kiasan Dasar
- Tujuan Gerakan Pramuka
- Pramuka
- Pernak-Pernik Esai
- Makalah Pendidikan Kewarganegaraan
- Apresiasi Drama
- Apakah Anda Seorang Guru yang Baik
-
▼
Januari
(20)
0 komentar:
Posting Komentar
Tambahkan Komentar Anda