Faktor-faktor Menyimak
a.  Faktor-faktor Pemengaruh Menyimak
Menurut Tarigan (1994: 98), ada delapan faktor yang mempengaruhi kegiatan menyimak. Faktor-faktor itu meliputi faktor fisik, psikologis, pengalaman, sikap, motivasi, jenis kelamin, lingkungan, dan peranan dalam masyarakat.
Pertama, faktor fisik. Kondisi fisik seorang penyimak merupakan faktor terpenting yang turut menentukan keefektifan serta kualitas keaktifannya dalam menyimak. Sebagai contoh, ada orang yang sukar sekali mendengar. Dalam keadaan yang sama itu, dia mungkin saja terganggu serta dibingungkan oleh upaya yang dilakukannya untuk mendengar. Secara fisik dia mungkin berada jauh di bawah ukuran gizi yang normal sehingga perhatiannya rendah. Kesehatan serta kesejahteraan fisik merupakan suatu  modal terpenting yang turut menentukan keberhasilan menyimak. Oleh karena itu, faktor-faktor fisik yang dapat mengganggu dan menghambat kelancaran proses menyimak perlu disingkirkan.
Kedua, faktor psikologis. Faktor psikologis ini melibatkan sikap-sikap dan sifat-sifat pribadi yang hubungannya dengan menyimak. Faktor-faktor psikologis di antaranya prasangka dan kurangnya simpati terhadap para pembicara, keegosentrisan dan keasyikan terhadap minat pribadi, kepicikan yang menyebabkan pandangan yang kurang luas, kebosanan dan kejenuhan yang menyebabkan tiadanya perhatian sama sekali terhadap pokok pembicaraan, sikap yang tidak layak terhadap sekolah, guru, pokok pembicaraan atau sang pembicara.  Faktor psikologis yang positif dapat memberi pengaruh yang baik begitu juga sebaliknya. Faktor psikologis yang negatif dapat juga memberi pengaruh yang buruk pula terhadap kegiatan menyimak.
Ketiga, faktor pengalaman. Sikap-sikap kita merupakan hasil pertumbuhan, perkembangan pengalaman kita sendiri. Kurangnya minat merupakan akibat dari pengalaman yang kurang dalam bidang yang  akan disimak. Dengan demikian, latar belakang pengalaman merupakan faktor penting dalam kegiatan menyimak.
Keempat, faktor sikap. Pada dasarnya manusia hidup mempunyai dua sikap utama mengenai segala hal, yaitu sikap menerima dan sikap menolak. Orang akan bersikap menerima pada hal-hal yang menarik dan menguntungkan bagi dirinya tapi bersikap menolak pada hal-hal yang  tidak menarik dan tidak menguntungkan bagi dirinya. Kedua hal tersebut memberi dampak pada penyimak, yaitu dampak positif dan dampak negatif. Sebagai pendidik, tentunya para guru akan memilih dan menanamkan dampak positif pada anak didiknya, khususnya bahan simakan. Menyajikan pelajaran dengan baik, materi yang menarik, serta penampilan yang menarik maka akan membentuk sikap positif pada siswa.
Kelima, faktor motivasi. Motivasi merupakan salah satu butir penentu akan keberhasilan seseorang. Jika motivasi kuat maka yang diharapkan orang itu akan berhasil mencapai tujuan. Begitu juga dengan menyimak. Dorongan dan tekad yang  diperlukan dalam mengerjakan sesuatu dalam kehidupan ini. Menerangkan pelajaran dengan baik dan jelas merupakan suatu bimbingan pada para siswa untuk menanamkan serta memperbesar motivasi mereka untuk menyimak secara tekun. 
Keenam, faktor jenis kelamin. Dari beberapa penelitian yang telah dilakukan oleh para ahli maka pria dan wanita  pada umumnya mempunyai perhatian yang berbeda, dan cara mereka memusatkan perhatian pada sesuatu pun berbeda pula.
Tabel 1
PERBEDAAN GAYA MENYIMAK PRIA DAN WANITA
Perbedaan Gaya Menyimak
Pria
Wanita
Objektif
Aktif
Keras hati
Analisis
Rasional
Tidak mau mundur
Swasembada
Intensif
Subjektif
Pasif
Simpatik
Ditensif
Sensitif
Mudah terpengaruh
Bergantung
Mudah mengalah

Ketujuh, faktor lingkungan. Faktor lingkungan dapat mempengaruhi keberhasilan siswa dalam pembelajaran di dalam kelas. Oleh karena itu, guru harusmenyadari hal itu. Faktor fisik ini meliputi faktor fisik ruangan kelas, maupun yang berkaitan dengan suasana sosial kelas. Berkaitan dengan faktor sosial maka guru harus dapat mengatur dan menata letak meja guru dan kursi sedemikian rupa agar siswa dapat mempunyai kesempatan yang sama untuk menyimak dan disimak. Sedangkan untuk lingkungan sosial maka guru harus dapat merencanakan pengalaman-pengalaman yang memungkinkan siswa dapat memanfaatkan situasi ruangan kelas untuk meningkatkan keterampilan berkomunikasi mereka sesuai dan sejalan dalam perencanaan kurikulum secara keseluruhan. 
Kedelapan, faktor peranan dalam masyarakat. Kemauan menyimak kita juga dipengaruhi oleh peranan kita dalam masyarakat. Sebagai guru dan pendidik, maka kita ingin sekali menyimak ceramah yang berhubungan dengan masalah pendidikan. Itu merupakan salah satu contoh bahwa peranan dalam masyarakat itu mempengaruhi menyimak.  

b.  Faktor Penentu Keberhasilan Menyimak
Efektivitas menyimak menurut Tarigan Djago (1991: 380), bergantung pada beberapa faktor yaitu: pembicara, pembicaraan, situasi, dan penyimak.
Pertama, pembicara. Pembicara adalah orang yang menyampaikan pesan, ide, informasi kepada para pendengar melalui bahasa lisan. Pembicara harus mempunyai tuntutan yaitu penguasaan materi, berbahasa, percaya diri, berbicara sistematis, gaya bicara menarik, dan kontak dengan pendengar.
Kedua, pembicaraan. Pembicaraan adalah materi, isi, pesan, atau informasi yang hendak disampaikan oleh seseorang pembicara pada pendengarnya. Pembicara yang baik harus memenuhi syarat-syarat  yaitu aktual, bermakna, dalam minat pendengar, sistematis, dan seimbang.
Ketiga, situasi. Situasi sangat berpengaruh dan menentukan keefektivan menyimak. Situasi dalam menyimak diartikan sebagai segala sesuatu yang menyertai peristiwa menyimak di luar pembicara,  pembicaraan, dan menyimak. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam proses menyimak antara lain ruangan, waktu, tenang, dan peralatan.
Keempat, penyimak. Penyimak adalah orang yang mendengarkan dan memahami isi bahan simakan yang disampaikan oleh pembicara dalam suatu peristiwa menyimak. Penyimak merupakan faktor terpenting dan yang paling menentukan keefektivan dalam peristiwa menyimak. Hal-hal yang perlu diperhatikan agar kegiatan menyimak bisa tercapai  adalah kondisi, konsentrasi, bertujuan, berminat, mempunyai kemampuan linguistik dan nonlinguistik, dan pengalaman serta pengetahuan yang luas. 

Cara Meningkatkan Keterampilan Menyimak 
Ada sembilan cara untuk meningkatkan keterampilan menyimak menurut Webb (1975: 147) dalam Tarigan (1993: 78), antara lain (1) pahami maksud pembicara, (2) hindari klise gegagah,  (3) pahami maksud Anda menyimak, (4) kurangi makna perbedaan dalam bahasa, (5) kenalilah prasangka Anda, (6) kenalilah prasangka pembicara, (7) periksalah fakta-fakta pembicara, (8) simak sampai selesai, (9) gunakan waktu senggang.
Pahami maksud pembicara mempunyai maksud sebagai berikut. Adakalanya pada permulaan pembicaraan untuk menyampaikan pesannya, sang pembicara justru mengutarakan atau menyatakan ataupun mengimplikasikan maksud dan tujuan penampilannya. Simaklah baik-baik butir-butir berharga itu. Cobalah memahami maksud utama pembicaraannya itu sehingga Anda mengetahui apa yang sebenarnya diinginkan oleh pembicara yang diperoleh penyimak dari ucapannya. Cara yang kedua adalah hindari klise gegabah. Agar dapat menjadi penyimak yang baik kita harus menghindari kegiatan menyimak gagasan yang terlalu sering dipakai dan dapat menimbulkan tindakan yang kurang baik. Oleh karena itu, dalam kegiatan menyimak seharusnya menghindari suatu klise yang gegabah. Cara yang ketiga adalah pahami maksud Anda menyimak. Sebelum kita melakukan kegiatan menyimak maka agar  kita berhasil menangkap apa yang kita simak kita harus memahami dahulu maksud kita menyimak. Jika itu bisa dilakukan oleh setiap orang maka kegiatan menyimak akan dapat ditingkatkan. Kurangi makna perbedaan dalam bahasa merupakan cara yang keempat. Dalam kegiatan menyimak cobalah kurangi makna perbedaan dalam bahasa. Carilah makna persamaan dalam bahasa. Hal itulah yang akan meningkatkan keterampilan menyimak. Kenalilah prasangka Anda merupakan cara yang kelima. Manusia hidup memang tidak bisa bebas sama sekali dari prasangka dan sifat meniru. Kita sebagai penyimak haruslah mengenali apa pendapat  kita. Janganlah kita memberi pendapat yang kurang baik sebelum mengetahui sendiri. Cara berikutnya adalah kenalilah  prasangka pembicara. Kita harus beranggapan bahwa sang pembicara adalah orang yang baik dalam menyampaikan gagasannya. Kita harus bisa mengenali maksud apa yang dimaksud dalam pembicaraan itu sebelum pembicara  selesai mengungkapnya. Jadi kita harus menyimak dengan prasangka pembicara yang minim. Periksalah fakta-fakta pembicara  mempunyai maksud sebagai berikut. Pembicara dalam menyampaikan gagasannya berharap agar orang yang diajak bicara itu maksud apa yang hendak disampaikan.  Cara yang harus dilakukan penyimak adalah penyimak harus memeriksa fakta-fakta gagasan yang disampaikan pembicara. Cara yang berikutnya  adalah simak sampai selesai. Dalam kegiatan menyimak, penyimak harus mendengarkan dari awal sampai akhir. Hal itu dilakukan agar kegiatan menyimak dapat berhasil. Seandainya kita melakukan kegiatan menyimak tidak sesuai dengan waktunya maka kita tidak akan memhami maksud pembicara. Cara yang terakhir adalah gunakan waktu senggang. Menyimak dengan hasil yang baik harus menggunakan waktu yang lama. Dengan demikian, gunakanlah waktu yang senggang untuk menyimak agar kegiatan menyimak dapat meningkat.

Tahap-tahap Menyimak
Tahap-tahap menyimak menurut Tarigan (1994: 58-59) ada lima, yaitu tahap mendengar, tahap memahami, tahap menginterpretasi, tahap evaluasi, dan tahap menanggapi.
Pertama, tahap mendengar. Tahap ini  kita hanya baru mendengar segala sesuatu yang diujarkan oleh pembicara. Dengan demikian kita masih berada tahap-tahap  hearing. Kedua, tahap memahami. Setelah kita mendengar ujaran sang pembicara maka perlu untuk mengerti atau memahami dengan baik. Tahap ini merupakan tahap understanding. Ketiga, tahap menginterpretasi. Penyimak yang baik, yang cermat dan teliti belum merasa puas kalau hanya mendengar dan memahami isi ujaran oleh pembicara sehingga ia ingin menafsirkan apa yang tersirat dalam ujaran permbicara tersebut. Sehingga tahap ini disebut tahap interpreting. Keempat, tahap mengevaluasi. Setelah penyimak bisa memahami serta dapat menafsirkan isi pembicaraan maka mulailah penyimak menilai apa yang telah diujarkan oleh pembicara, yaitu tentang keunggulan dan kelemahan. Dengan demikian sampailah pada tahap  evaluating. Kelima, tahap menanggapi. Tahap ini merupakan tahap terakhir dalam kegiatan menyimak. Penyimak bisa menyambut, menyerap serta menerima gagasan yang dikemukakan oleh pembicara. Tahap ini disebut tahap responding.


Daftar Bacaan
Tarigan, Djago. 1991.  Materi pokok Pendidikan Bahasa Indonesia I. Jakarta: Depdikbud.
Tarigan, Henry Guntur (Ed). 1993. Menyimak Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.


Artikel Terkait:


0 komentar:

Posting Komentar

Tambahkan Komentar Anda

Subscribe Via Email

catatan "Kang Hasan"

↑ Grab this Headline Animator

Enter your email address:

Delivered by FeedBurner

About Me

Foto Saya
Hasanudin
Ketidaksempurnaan adalah hakiki insan Tuhan. Menjadikan lebih sempurna adalah kewajiban Insan terhadap Tuhan, dengan iman dan takwa kepada-Nya. Sebagai seorang insan kita wajib menghargai ketidaksempurnaan sesama.
Lihat profil lengkapku

Followers

Sponsored by

Ekstra Link

Yahoo bot last visit powered by MyPagerank.Net Msn bot last visit powered by MyPagerank.Net Add to Google Reader or Homepage Text Back Links Exchanges Blog Tutorial Wordpress Blogger Blogspot Cara Membuat Blog Submit Your Site To The Web's Top 50 Search Engines for Free! Google PageRank Checker Powered by  MyPagerank.Net
Back To Top